Thursday, June 27, 2019

(sultan) ikhwanul muslimin


Nama   : M sultan hakim
Nim     : B01217028
Kelas   : A2

Ikhwanul Muslimin


A      Objek Kajian

a.       Formal:            Ilmu Kalam
b.      Material:          Ilmu Kalam Sejarah Ikhwanul Muslimin dan Aktivitas Politik

B       Penyajian Data

Sejarah Ikhwanul Muslimin

Kajian mengenai Ikhwanul Muslimin, tidak bisa dilepaskan dengan sosok Hasan al-Banna sebagai pencetus gerakan Ikhwanul Muslimin. Hasan al-Banna dilahirkan pada tahun 1906 di desa Al-Mahmudiyah, salah satu desa di wilayah al-Buhairah, Ismailiah, Mesir. Ia dibesarkan dalam keluarga pengarang dan ulama As –Sunnah Al- Muthahharah. Sejak kecil Hasan al-Banna dididik dalam lingkungan rumah tangga yang mempunyai perpustakaan yang cukup lengkap. Ayahnya membimbingnya secara langsung menghapal al-Quran serta senantiasa memberi dorongan membaca di perpustakaannya yang penuh dengan buku.
Gerakan Ikhwan didirikan di Ismailiyah pada tahun 1928 oleh Hasan al-Banna (1906-1949) untuk menyebarkan Islam berdasarkan “Cinta, Persaudaraan dan Persahabatan”. Ia tumbuh dalam keluarga taat beragama. Ia menamatkan pendidikan dasar dan menengahnya di Mahmudiyah, kemudian pergi ke Damanhur untuk belajar di sekolah guru.dari sini, al-Banna pindah ke Kairo untuk belajar di Dar Al-Ulum, cabang Al-Azhar. Selama periode ini, ia sering menghadiri pertemuan-pertemuan kelompok Islam yang berasosiasi dengan al-Manar, jurnal yang diterbitkan oleh Muhammad Rasyid Ridha, yang memberikan dasar bagi semangat konservatif Rasyid Ridha.
Sejarah lahirnya Ikhwanul Muslimin, berawal pada bulan Zulkaidah 1346 H/ bulan Maret 1928 M, Hasan al-Banna didatangi oleh enam orang yang mengaku tertarik dan terkesan pada dakwah-dakwahnya. Mereka itu antara lain adalah: Hafidz Abdul, Ahmad al-Husyary, Fuad Ibrahim, Ismael Izz, Zaki al-Maghriby, serta Abdurahman Hasbullah. Sebagian besar pekerjaan mereka adalah wiraswasta. Mereka berenam bermaksud menggabungkan diri dan menawarkan sebagian dari kekayaan yang mereka miliki untuk kepentingan tersebut. Hasan al- Banna menerima mereka dan mengusulkan nama “Ikhwanul Muslimin”. Alasannnya karena tujuan mereka bersatu dalam sebuah persaudaraan tersebut, semata-mata untuk mengabdi kepada Islam, sehingga, sangat tepat jika kelompok ini diberi nama Ikhwanul Muslimin yang berarti Persaudaraan Islam.
Masa Perkembangan Ikhwanul Muslimin
Fase perkembangan Ikhwanul Muslimin dapat dikelompokkan dalam beberapa fase sebagai berikut. Di dalam bukunya Ustman Mu’iz Ruslan dengan judul Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin (2000) terbagi menjadi empat fase antara lain:


Fase Perintisan (1928-1932)

Konsentrasi al-Banna pada fase awal ini lebihtertuju pada gerakan dakwah dan tarbiyahnya. Ia menginginkan agar dakwahnya tidak terbatas pada kaum muslimin, tetapi menjadi dakwah yang universal. Segera setelah keenam pekerja yang berbaiat kepadanya, mereka melakukan pembangunan kantor pusat Ikhwan di Ismailia.

Fase Pembinaan dan Perkembangan (1932-1939)

Kantor pusat berpindah ke Kairo pada tahun 1932, hal ini berpengaruh terhadap perkembangan kependidikan dan tabligh yang semakin pesat.
Selain hal itu, pengaruh Ikhwan maupun misi publik ambisius al-Banna membawanya terlibat dalam politik nasional. Pada tahun 1936, dia menulis surat kepada raja, perdana menteri, dan penguasa Arab lainnya, untuk mendorong mereka mempromosikan tatanan Islam, dua tahun kemudian, Banna menyeru kepada raja membubarkan partai-partai politik di Mesir, karena partai-partai tersebut korupsi dan berdampak memecah belah negara.

Fase Pembinaan Dan Perjuangan (1939-1952)

Ikhwan memanfaatkan terjadinya perang dunia ke II (kesibukan penguasa dan penjajah) untuk mengokohkan usaha menyempurnakan berbagai unsur kekuatan dalam rangka menyampaikan dakwah Ikhwan kepada semua individu di Mesir, membentuk cabang-cabang Ikhwan di setiap desa dan kota, dan mengikat mereka yang komitmen kepada dakwah dengan ikatan yang kuat.

Masa Revolusi (23 Juli 1952-Oktober 1954)

Salah satu aktivitas ikhwanul muslimin pada masa ini yaitu. Aktifitas politik Ikhwanul Muslimin sejak tahun 1954 bagi anggotanya mempunyai tujuan edukatif politis. Mereka menjadikan kegiatan-kegiatan politik (seperti pemboikotan, muktamar, dan sebagainya) sebagai sarana untuk membentuk mobilitas politik dan target-target politik tertentu. (Maria Ulfa, 2016)

C      Premis


1.      Pencetus gerakan Ikhwanul Muslimin yaitu Hasan al-Banna di Mesir.
2.      Fase-fase perkembangan gerakan ikhwanul muslimin yaitu; Fase Perintisan (1928-1932), Fase Pembinaan dan Perkembangan (1932-1939), fase pembinaan dan perjuangan (1939-1952).
3.      Aktifitas politik Ikhwanul Muslimin sejak tahun 1954 bagi anggotanya mempunyai tujuan edukatif politis. Mereka menjadikan kegiatan-kegiatan politik (seperti pemboikotan, muktamar, dan sebagainya) sebagai sarana untuk membentuk mobilitas politik dan target-target politik tertentu.



D      Kongklusi

Ikwanul Muslimin yang berarti persaudaraan islam yang dicetuskan oleh Hasan al-Banna di Mesir ini memiliki pergerakan-pergerakan dakwah pada setiap fasenya hingga pada masa revolusi mereka juga memiliki aktivitas politik dalam gerakannya, yang mempunyai tujuan edukatif  politis. Mereka melakukan pemboikotan, muktamar sebagai sarana gerekan politik mereka.