Nama : M sultan hakim
Nim :
B01217028
Kelas : A2
Ikhwanul Muslimin
A
Objek Kajian
a.
Formal: Ilmu Kalam
b.
Material: Ilmu Kalam Sejarah Ikhwanul Muslimin
dan Aktivitas Politik
B
Penyajian Data
Sejarah Ikhwanul Muslimin
Kajian mengenai Ikhwanul Muslimin, tidak bisa dilepaskan dengan
sosok Hasan al-Banna sebagai pencetus gerakan Ikhwanul Muslimin. Hasan al-Banna
dilahirkan pada tahun 1906 di desa Al-Mahmudiyah, salah satu desa di wilayah al-Buhairah,
Ismailiah, Mesir. Ia dibesarkan dalam keluarga pengarang dan ulama As –Sunnah Al-
Muthahharah. Sejak kecil Hasan al-Banna dididik dalam lingkungan rumah tangga
yang mempunyai perpustakaan yang cukup lengkap. Ayahnya membimbingnya secara
langsung menghapal al-Quran serta senantiasa memberi dorongan membaca di
perpustakaannya yang penuh dengan buku.
Gerakan Ikhwan didirikan di Ismailiyah pada tahun 1928 oleh Hasan
al-Banna (1906-1949) untuk menyebarkan Islam berdasarkan “Cinta, Persaudaraan
dan Persahabatan”. Ia tumbuh dalam keluarga taat beragama. Ia menamatkan pendidikan
dasar dan menengahnya di Mahmudiyah, kemudian pergi ke Damanhur untuk belajar
di sekolah guru.dari sini, al-Banna pindah ke Kairo untuk belajar di Dar
Al-Ulum, cabang Al-Azhar. Selama periode ini, ia sering menghadiri
pertemuan-pertemuan kelompok Islam yang berasosiasi dengan al-Manar, jurnal
yang diterbitkan oleh Muhammad Rasyid Ridha, yang memberikan dasar bagi
semangat konservatif Rasyid Ridha.
Sejarah lahirnya Ikhwanul Muslimin, berawal pada bulan Zulkaidah
1346 H/ bulan Maret 1928 M, Hasan al-Banna didatangi oleh enam orang yang
mengaku tertarik dan terkesan pada dakwah-dakwahnya. Mereka itu antara lain
adalah: Hafidz Abdul, Ahmad al-Husyary, Fuad Ibrahim, Ismael Izz, Zaki
al-Maghriby, serta Abdurahman Hasbullah. Sebagian besar pekerjaan mereka adalah
wiraswasta. Mereka berenam bermaksud menggabungkan diri dan menawarkan sebagian
dari kekayaan yang mereka miliki untuk kepentingan tersebut. Hasan al- Banna
menerima mereka dan mengusulkan nama “Ikhwanul Muslimin”. Alasannnya karena
tujuan mereka bersatu dalam sebuah persaudaraan tersebut, semata-mata untuk
mengabdi kepada Islam, sehingga, sangat tepat jika kelompok ini diberi nama
Ikhwanul Muslimin yang berarti Persaudaraan Islam.
Masa
Perkembangan Ikhwanul Muslimin
Fase perkembangan Ikhwanul Muslimin dapat dikelompokkan dalam
beberapa fase sebagai berikut. Di dalam bukunya Ustman Mu’iz Ruslan dengan
judul Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin (2000) terbagi menjadi empat fase
antara lain:
Fase Perintisan (1928-1932)
Konsentrasi al-Banna pada fase awal ini lebihtertuju pada gerakan
dakwah dan tarbiyahnya. Ia menginginkan agar dakwahnya tidak terbatas pada kaum
muslimin, tetapi menjadi dakwah yang universal. Segera setelah keenam pekerja yang
berbaiat kepadanya, mereka melakukan pembangunan kantor pusat Ikhwan di
Ismailia.
Fase Pembinaan dan Perkembangan (1932-1939)
Kantor pusat berpindah ke Kairo pada tahun 1932, hal ini
berpengaruh terhadap perkembangan kependidikan dan tabligh yang semakin pesat.
Selain hal itu, pengaruh Ikhwan maupun misi publik ambisius al-Banna
membawanya terlibat dalam politik nasional. Pada tahun 1936, dia menulis surat
kepada raja, perdana menteri, dan penguasa Arab lainnya, untuk mendorong mereka
mempromosikan tatanan Islam, dua tahun kemudian, Banna menyeru kepada raja membubarkan
partai-partai politik di Mesir, karena partai-partai tersebut korupsi dan berdampak
memecah belah negara.
Fase Pembinaan Dan Perjuangan (1939-1952)
Ikhwan memanfaatkan terjadinya perang dunia ke II (kesibukan
penguasa dan penjajah) untuk mengokohkan usaha menyempurnakan berbagai unsur
kekuatan dalam rangka menyampaikan dakwah Ikhwan kepada semua individu di
Mesir, membentuk cabang-cabang Ikhwan di setiap desa dan kota, dan mengikat mereka
yang komitmen kepada dakwah dengan ikatan yang kuat.
Masa Revolusi (23 Juli 1952-Oktober 1954)
Salah satu aktivitas ikhwanul muslimin pada masa ini yaitu. Aktifitas
politik Ikhwanul Muslimin sejak tahun 1954 bagi anggotanya mempunyai tujuan
edukatif politis. Mereka menjadikan kegiatan-kegiatan politik (seperti
pemboikotan, muktamar, dan sebagainya) sebagai sarana untuk membentuk mobilitas
politik dan target-target politik tertentu. (Maria Ulfa, 2016)
C
Premis
1.
Pencetus
gerakan Ikhwanul Muslimin yaitu Hasan al-Banna di Mesir.
2.
Fase-fase
perkembangan gerakan ikhwanul muslimin yaitu; Fase Perintisan (1928-1932), Fase
Pembinaan dan Perkembangan (1932-1939), fase pembinaan dan perjuangan
(1939-1952).
3.
Aktifitas
politik Ikhwanul Muslimin sejak tahun 1954 bagi anggotanya mempunyai tujuan
edukatif politis. Mereka menjadikan kegiatan-kegiatan politik (seperti
pemboikotan, muktamar, dan sebagainya) sebagai sarana untuk membentuk mobilitas
politik dan target-target politik tertentu.
D Kongklusi
Ikwanul Muslimin yang berarti persaudaraan islam yang dicetuskan
oleh Hasan al-Banna di Mesir ini memiliki pergerakan-pergerakan dakwah pada
setiap fasenya hingga pada masa revolusi mereka juga memiliki aktivitas politik
dalam gerakannya, yang mempunyai tujuan edukatif politis. Mereka melakukan pemboikotan,
muktamar sebagai sarana gerekan politik mereka.