Sunday, June 9, 2019

Lettycia Nia Wiviana | Muslim Liberal


     Objek Kajian
Kajian formal     : Teologi Muslim Liberal
Kajian material   : ilmu kalam

Liberalisme adalah paham yang berusaha memperbesar wilayah kebebasan individu dan mendorong kemajuan sosial. Liberalisme merupakan paham kebebasan, artinya manusia memiliki kebebasan atau jika dilihat dari prespektif filsafat merupakan tata pemikiran yang landasan pemikirannya adalah manusia yang bebas. Liberalisme merupakan paham pemikiran yang optimistis tentang manusia. Prinsip-prinsip liberalisme adalah kebebasan dan tanggungjawab. Tanpa adanya tanggungjawab, tatanan masyarakat liberal tidak akan pernah terwujud.

Islam Liberal, kata liberal disini berarti bebas atau kebebasan, dapat dikemukakan sebagai negasi atau lawan dari Islam normatif-dogmatis. Segala sesuatu yang bersifat pemikiran dianggap sebagai yang “debatable”, belum final, dan dapat ditinjau ulang, maka dalam Islam normatif-dogmatif segala ajaran Islam baik yang bersumber pada al-Qur’an, As-Sunnah dan pemikiran para ulama harus dipegang teguh dan dilaksanakan. Menurut salah satu tokoh Islam Liberal, Charles Kruzman menyatakan bahwa secara historis Islam liberal mendukung adanya demokrasi, menentang teokrasi, medukung hak-hak kaum perempuan, hak-hak non muslim di negara Islam, membela kepada kebebasan berpikir, dan kepercayaan terhadap potensi manusia. Lebih lanjut, Kruzman mendefinisikan Islam liberal sebagai kelompok yang secara kontras berbeda dengan Islam adat (Customary Islam) dan Islam revivalis (Revivalist Islam). Customary Islam adalah Islam yang ditandai dengan kombinasi kebiasaan-kebiasaan kedaerahan dan kebiasaan yang dilakukan diseluruh dunia Islam, misalnya pertunjukan-pertunjukan ritual yang mengekspresikan tradisi kedaerahan. Sedangkan Islam revivalis adalah kelompok Islam yang bisa dikatakan sebagai Islam Fundamentalis atau wahabisme. Dimana sebaliknya faham revivalist Islam adalah menolak tradisi-tradisi Islam.

Ciri-ciri muslim / Islam liberal :
1.    Islam liberal adalah gerakan pemikiran progresif yang mempunyai sikap positif terhadap modernitas, perubahan, dan pembangunan.
2.    Islam liberal berbeda dengan Islam fundamental dalam memandang dunia pemikiran Barat. Islam fundamental menganggap Barat sebagai ancaman dan musuh, sementara Islam liberal melihat Barat sebagai peradaban pemikiran yang harus bersinergi dengan dunia Islam.
3.    Islam liberal mengafirmasikan semangat sekularisasi dalam kehidupan bernegara sebagai salah satu upaya membangun titik temu antara Islam dan Negara
4.    Islam liberal sangat mengedepankan pemahaman Islam yang terbuka dan bebas, terutama dalam menerima dan mengafirmasikan pluralisme masyarakat dan menekankan signifikansi toleransi bermasyarakat
5.    Islam liberal sangat menjunjung tinggi penafsiran al-Qur’an melalui metode ijtihad yang kontekstual kekinian

Premis 1 :
Islam Liberal dapat dikemukakan sebagai negasi atau lawan dari Islam normatif-dogmatis

Premis 2 :
Islam liberal sebagai kelompok yang secara kontras berbeda dengan Islam adat (Customary Islam) dan Islam revivalis (Revivalist Islam)

Konklusi :
Islam Liberal dapat dikemukakan sebagai negasi atau lawan dari Islam normatif-dogmatis dan sebagai kelompok yang secara kontras berbeda dengan Islam adat (Customary Islam) dan Islam revivalis (Revivalist Islam).


Daftar Pustaka

Budhy Munawar Rachman, (2010) Argument Islam Untuk Liberalisme, Jakarta: PT Grasindo