Sunday, June 9, 2019

Lettycia Nia W. | Islam Nusantara


Teologi Islam Nusantara

Objek Kajian
Kajian formal  : Teologi Islam Nusantara
Kajian material : ilmu kalam

Ada beberapa definisi tentang Islam Nusantara yang dikemukakan oleh pemikir-pemikir Islam, diantaranya seperti Muhajir yang mengartikan “Islam Nusantara ialah paham dan praktek keislaman di bumi Nusantara sebagai hasil dialektika antara teks syariat dengan realitas dan budaya setempat.”

Definisi pertama ini menunjukkan bahwa secara substantif, Islam Nusantara merupakan paham Islam dan implementasinya yang berlangsung di kawasan Nusantara sebagai akibat sintesis antara wahyu dan budaya lokal, sehingga memiliki kandungan nuansa kearifan lokal. Sedangkan definisi kedua merupakan Islam yang berkarakter Indonesia, tetapi juga sebagai hasil dari sintesis antara nilai-nilai Islam teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal. Hanya saja, wilayah geraknya dibatasi pada wilayah Indonesia, sehingga lebih sempit daripada wilayah gerak dalam pengertian yang pertama yang menyebut bumi Nusantara. Sayangnya, dalam sumber-sumber tersebut bumi Nusantara tidak dijelaskan wilayah jangkauannya.

Sejak awal, Islam Nusantara memiliki corak dan tipologi tersendiri, yaitu Islam yang ramah dan moderat dan merupakan Islam garis tengah yang menganut landasan ideologi dan filosofis moderat. Arus besar yang diwakili NU dan Muhammadiyah telah menjadi merek paten bagi gerakan Islam moderat, modern, terbuka, inklusif, dan konstruktif .

Dalam konteks Islam Nusantara ini, akulturasi yang paling dominan terjadi antara Islam dengan budaya (tradisi) Jawa, sebab keduanya sama-sama kuat. Kebudayaan dan tradisi Jawa di masa silam, sejak berdiri dan kejayaan kerajaan Demak, Pajang hingga Mataram tetap mempertahankan tradisi Hindu-Budha dan Animisme-Dinamisme sebagai produk budaya pra Hindu-Budha. Tradisi ini diperkaya dan disesuaikan dengan nilai-nilai Islam. Istana kerajaan Pajang dan Mataram bernuansa Islam, tetapi adat istiadat masih dipertahankan. Gambaran Islam lokal ini terjadi pada masa lampau, dan realitasnya masih terpateri secara jelas hingga sekarang ini.

Banyaknya budaya, tradisi, dan adat istiadat lokal yang diwarnai Islam terus berkembang, dan sebaliknya juga banyak pemahaman serta pengamalan ajaran Islam yang dipengaruhi oleh budaya dan tradisi lokal yang telah berkembang dan mengakar di masyarakat. Adanya perjumpaan Islam dengan tradisi lokal itulah yang menjadi penyebab utama proses saling menyesuaikan. Kehadiran Islam secara damai mempengaruhi akulturasi budaya antara budaya lokal dengan Islam. Adanya saling mengisi antara keduanya mewujudkan budaya baru baik fisik maupun non fisik. Budaya itu kemudian menjadi ciri khas budaya masyarakat Islam Indonesia. Bahkan, tidak ada satu pun agama yang bebas dari tradisi panjang yang dihasilkan masyarakat pemeluknya. Maka Islam yang dipahami dan dijalankan oleh orang Jawa secara praktis berbeda dengan Islam yang dipahami dan dihayati oleh orang-orang Sunda. Dalam skala yang lebih luas lagi, Islam yang dihayati orang-orang Timur Tengah, dalam batas tertentu, berbeda dengan Islam yang dihayati bangsa Indonesia. Sedangkan tradisi, tidak pernah statis atau berhenti. Tradisi senantiasa berkembang terutama melalui peralihan generasi mendatang yang menjadi bagian darinya. Tradisi mentransmisikan nilai, norma, budaya dan jalan hidup.

Premis 1 :
Adanya saling mengisi antara Islam dan tradisi lokal dapat  mewujudkan budaya baru baik fisik maupun non fisik

Premis 2 :
Islam Nusantara memiliki corak dan tipologi tersendiri, yaitu Islam yang ramah dan moderat dan merupakan Islam garis tengah yang menganut landasan ideologi dan filosofis moderat.

Konklusi :
Adanya pertemuan antara Islam dan tradisi lokal dapat mewujudkan budaya baru di Indonesia. Islam Nusantara ini menganutlandasan ideologi dan folosofis moderat yang dapat menjadi penengah.


Daftar Pustaka

Azhari, Muntaha dan Saleh, Abdul Mun’im, (Eds.). 1989. Islam Indonesia Menatap Masa Depan. Jakarta: P3M.
Maarif, Ahmad Syafii. 2009. Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan Sebuah Refleksi Sejarah. Bandung: Mizan Bekerjasama dengan Maarif Institute.
Maarif, Ahmad Syafii. 1993. Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia. Bandung: Mizan.
Machasin. 2011. Islam Dinamis Islam Harmonis Lokalitas, Pluralisme, Terorisme. Abdul Wahid Hasan (Eds.). Yogyakarta: LkiS.
Madjid, Nurcholish. 1996. In Search of Islamic Roots for Modern Pluralism: The Indonesian Experiences. Dalam Mark R. Woodward (Eds.),Toward A New Paradigm Recent Developments in Indonesian Islamic Thought.Arizona: Arizona State University.