Nama
: Hijratu Rahmatin Nadzifa
Kelas
: A2 / B01217021
TEOLOGI
TRANSFORMATIF JARINGAN ISLAM LIBERAL
Kajian
Material : Ilmu Kalam
Kajian
Formal : Teologi transformatif jaringan islam liberal
Di
Barat liberalisme berasaldari ideologi politik yang berpusat pada individu. Didalamnya
terdapatpembelaanhak dalam pemerintahan, termasuk persamaan hak dihormati, hak
berekspresi dan bertindak serta bebas dari ikatan-ikatan agama danideologi..
Fenomena liberalisme ini adalah salah satu dari gerakan-gerakan pembaharuan.
Kelompok liberalis menginginkan kebebasan sepenuhnyadan menuntut hak-hak
inidividu sebebas-bebasnya untuk mengekspresikan dirinyasesuai dengan
perkembangan zaman. Termasuk di dalamnya kebebasan dalamritual dan konteks
keagamaan, begitu pula dengan ajaran islam. Manusia tidak harus selalu
bergantung pada Al Qur’an dan hadits, kaum liberal ini mengutamakan rasional
mereka dalam pengambilan hukum syari’ah. Sehinggamuncullah gerakan pembaharuan
Islam agar dapat disesuaikan dengan keadaanzaman yang rasional dan sesuai
dengan isu modernitas.Liberalisme dalam Islam, menurut kelompok Islam Progresif
adalahkeinginan menjembatani antara masa lalu dengan masa sekarang.
Jembatannyaadalah melakukan penafsiran-penafsiran ulang sehingga Islam menjadi
agamayang hidup. Karena kita hidup dalam situasi yang dinamis dan selalu
berubah,sehingga agar agama tetap relevan, menurut mereka, diperlukan sebuah
cara pandang baru atau tafsir baru dalam melihat dan memahami agama. Namun,
pada perkembangannya liberalisme merambah kepada bidang pemikiran termasuk
pemikiran keagamaan. Liberal dalam konteks kebebasan intelektual
berartiindependen secara intelektual, berfikiran luas, terus terang, dan
terbuka. Bahkan kebebasan intelektual adalah aspek yang paling mendasar dari
liberalisme sosial dan politik atau dapat pula disebut sisi lain dari
liberalisme sosial dan politik. Kelahiran dan perkembangannya di Barat terjadi
pada akhir abad ke 18, namun akar-akarnya dapatdilacak seabad sebelumnya (abad
ke 17). Di saat itu dunia Barat terobsesi untuk membebaskan diri mereka dalam
bidang intelektual, keagamaan, politik dan ekonomidari tatanan moral,
supernatural dan bahkan Tuhan.
Pada
dasarnya, teologi merupakan jiwa kehidupan umat beragama yang hendak berkarya
dengan sabda Tuhan di muka bumi. Dengan teologi, manusia hidup dalam lanskap
pengharapan masa depan yang baik. Memang tidak semua harapan hidup yang lebih
baik di masa depan dapat terpenuhi, tetapi sekurang-kurangnya teologi
memberikan rintisan jalan untuk terhidar dari jiwa yang galau. Stres yang
diakibatkan oleh tujuan hidup yang tidak menentu dan tidak terarah, akan sangat
mungkin dihindari tatkala bangunan teologinya semakin matang dan bersahabat
dengan realitas kehidupan yang fanâ (sementara) ini. Oleh karena itu, wajah
teologi sebenarnya adalah wajah umat manusia dalam kenyataan sehari-hari.
Teologi menjadi mandul tatkala teologi tidak mampu memberikan inspirasi pada
pembebasan umat manusia dari segala jenis keterpurukan moral spiritual.
Disinilah peran penting dari teologi, yaitu; teologi harus dijadikan basis
pembebasan atas kaum tak berdaya sehingga ia akan benar-benar bermanfaat bagi
mereka yang lemah dan miskin. Problem dalam dunia Islam, melintasi momen
transformatif dengan latar era kontemporer global, Islam saat ini ditandai
dengan pergulatan keras antara dua paradigma pemikiran: yaitu moderat dan
puritan atau fundamentalis. Di saat terjadinya kekosongan otoritas keagamaan
dalam dunia Islam modern, keduanya saling berebut klaim untuk mendefinisikan
makna ―kebenaran iman Islam‖. Keduanya juga membangun basis teologi
masing-masing sebagai landasan pijakan aktivitasnya yaitu sama-sama diambil
dari teks suci Al-Qur‘ân.
Di
Indonesia, pasca runtuhnya Orde Baru pada tahun 1998, banyak bermunculan
ormas-ormas Islam yang mencerminkan wajah Islam yang kedua, yaitu garang, tidak
toleran dan seterusnya; semua ormas itu seakan berlomba satu sama lain untuk
menunjukkan merekalah yang paling gigih memperjuangkan Islam. Ormas-ormas ini
antara lain: Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Laskar Jihad (LJ), Front Pembela
Islam (FPI), Ikhwanul Muslimin Indonesia (IMI), dan Hijbut Tahrir Indoesia
(HTI).4 Sedangkan wajah Islam pertama, adalah NU dan Muhammadiyah sebagai
organisasi Islam ―Moderat‖. Yang pada dasarnya dari kedua organisasi tersebuat
muncul embrio dua wajah Islam di Indonesia; yaitu fundamentalis dan liberal.
Yang menarik, dan menjadi kajian dalam pembahasan dalam makalah ini adalah
―Islam Liberal‖ yang menampilkan wajah santun dan toleran yaitu JIL (Jaringan
Islam Liberal). Sebab kelompok Jaringan Islam Liberal (JIL) ini selalu mendapat
ancaman yang mematikan dari kelompok-kelompok yang tidak bertangungjawab,
tetapi diindikasikan bahwa ancaman itu datangnya dari umat Islam sendiri yang
berhaluan keras dan tidak senang dengan pola pikir dan tindakan kelompok JIL.
Bahkan yang lebih ekstrem lagi, keluarnya fatwa hukuman mati dari kelompok
Islam garis keras itu yakni Forum Ulama Umat (FUU) di tujukan pada Ulil Abshar
Abdallah selaku pimpinan JIL.5 Bertolak dari berbagai problem yang sangat
menggelisahkan secara akademis itu, maka pembahasan ini akan mencermati
bagaimana potret bangunan teologi kaum liberal khususnya JIL, karena
dimungkinkan kelompok pemikir liberal Islam ini untuk jangkauan ke depan
pemikirannya dapat menyesuaikan pemahaman keislaman yang sesuai dengan tuntutan
zaman.
Premis :
1. Munculnya
generasi baru Muslim liberal di Indonesia, dengan perspektif yang agak berbeda
dalam memandang realitas dan teks kitab suci, disebabkan karena faktor
modernisasi pendidikan Islam yang mengadopsi model pendidikan Barat Kristen.
2. Fenomena
liberalisme ini adalah salah satu dari gerakan-gerakan pembaharuan
3. Islam
Liberal dalam konteks kebebasan intelektual berartiindependen secara
intelektual, berfikiran luas, terus terang, dan terbuka. Bahkan kebebasan
intelektual adalah aspek yang paling mendasar dari liberalisme sosial dan
politik atau dapat pula disebut sisi lain dari liberalisme sosial dan politik.
Konklusi
Gerakan Islam liberal di Indonesia pasca revormasi,
yang paling terkenal dan menentang arus pemikiran di Indonesia adalah gerakan
pemikiran yang dimotori oleh kelompok Jaringan Islam Liberal ( JIL ) yang
digerakanoleh tokoh tokoh muda seperti Ulil Absar Abdalla dan kawan kawannya. Yang
menarik, dan menjadi kajian dalam pembahasan dalam makalah ini adalah ―Islam
Liberal‖ yang menampilkan wajah santun dan toleran yaitu JIL (Jaringan Islam
Liberal). Sebab kelompok Jaringan Islam Liberal (JIL) ini selalu mendapat
ancaman yang mematikan dari kelompok-kelompok yang tidak bertangungjawab,
tetapi diindikasikan bahwa ancaman itu datangnya dari umat Islam sendiri yang
berhaluan keras dan tidak senang dengan pola pikir dan tindakan kelompok JIL.
Daftar Pustaka
Asysaukanie,
Luthfi. Islam Benar Versus Islam Salah. Jakarta: KataKita, 2007. -----. Wajah
Liberal Islam Indonesia. Jakarta: Teater Utan Kayu, 2002.
Barton,
Greg. Gagasan Islam Liberal di Indonesia. Jakarta: Pustaka Antara Paramadina,
1999.
Dzulmani
(ed.), Islam Liberal dan Fundamental: Sebuah Pertarungan Wacana. Yogyakarta:
EISAQ Press, 2005.
El-Fadl, Khaled Abou. The Great Theft:
Wrestling Islam from the Extremists, terj. Helmi Mustofa. Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2006.
Gaus
AF, Ahmad. ―Islam Progresif: Wacana Pasca Arus Utama‖, dalam Tashwirul Afkar,
Vol. 22. Jakarta: Lakpesdam, 2007.
Khalimi.
Ormas-Ormas Islam: Sejarah, Akar Teologi, dan Politik. Jakarta: Gaung Persada
Press, 2010.
Qodir,
Zuly. Islam Liberal: Varian-varian Liberalisme Islam di Indonesia 1991-2002.
Yogyakarta: LKiS, 2010.
Schwartz,
Stephen Sulaiman. Dua wajah Islam, Moderatisme Vs Fundamentalisme dalam Wacana
Global, terj. Hodri Ariev. Jakarta: Blantika & The Wahid Institute.