Sunday, June 23, 2019

( Hijratu R Nadzifa ) Islam Nusantara


Nama : Hijratu Rahmatin Nadzifa
Kelas : A2 / B01217021
Sebuah Argumentasi Beragama dalam Bingkai Kultural
Kajian Material : Ilmu Kalam
Kajian Formal : Sebuah Argumentasi Beragama dalam Bingkai Kultural
Pemunculan Islam Nusantara merupakan ciri khas Indonesia,  di mana Islam Nusantara ini di nyatakan sebagai agama yang universal, dimanifestasikan dalam ajarannya, yang mencakup hukum agama (fiqh), kepercayaan (tauhid), serta etika (akhlak). Meskipun Islam Nusantara memberikan nuansa baru dalam beragama Islam dengan memasukkan budaya dalam agamanya, namun cara beragama seperti ini tidak menghilangkan kemurnian ajaran Islam itu sendiri, dengan menjadikan al Quran dan Hadits sebagai pedoman dan tuntunan dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Islam adalah sebuah risalah yang telah dikirim ke seluruh umat manusia tanpa memandang ras mereka, kebangsaan, serta struktur sosial (al-Islam salih likulli zaman wa makan). Islam tidak dikirim ke negara tertentu, komunitas yang dipilih, sehingga orang lain harus mematuhi mereka. Risalah Islam adalah panduan dan rahmat untuk seluruh umat manusia, seperti yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an shurah al-Anbiya ayat 107, yang artinya: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. Dalam Q.S. al-Anbiya: 107, jelas bahwa Islam adalah agama belas kasihan bagi semua makhluk (manusia, hewan, tumbuhan, dan semua makhluk).
Melihat dari pernyataan di atas sudah jelas, bahwa agama Islam adalah agama yang sangat menghargai dan saling toleransi, agama yang mengajarkan penganutnya untuk saling menyayangi, mengasihi dan mengayomi tanpa memandang ras mereka, kebangsaan, serta struktur sosial. Hal ini sejalan dengan Islamnya Indonesia yang biasa disebut ‘Islam Nusantara’. Meskipun bukan negara Islam, namun penduduk Indo nesia mayoritas beragama Islam. Indonesia merupakan negara yang tidak begitu terpengaruh dengan arabisasi, sebab masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multikultural, masyarakat yang menjunjung nilai-nilai kebudayaan. Namun, tidak berarti Islam yang mereka anut menyimpang dari kemurnian ajaran Islam itu sendiri. Masyarakat Indonesia dikatakan multikultural karena konsep ini mengedepankan budaya. Sehingga ketika mendengar istilah Islam Nusan tara, maka akan berkaitan dengan pluralitas. Dalam Islam Nu santara, budaya merupakan bagian dari agama, di mana awal mula Islam dapat dengan mudah diterima di Indonesia salah satunya melalui akulturasi budaya, sehingga agama Islam terkesan merakyat dengan masyarakat Indonesia. Dalam pluralitas dan kebeagamaan antara umat dan bangsa-bangsa dalam kerangka kesatuan manusia, filsafat ini mencetak peradaban Islam dengan ciri yang moderat, menyelaraskan antara kekhasan individual yang dimiliki oleh masing-masing umat dan bangsa, dengan keutamaan atau keburukan yang terjadi pada semua umat dan bangsa. Maka, yang terjadi kemudian adalah rasa bangga terhadap kekhasan dan keutamaan yang dimiliki tanpa mengingkari kekhasan dan kelebihan yang lain. Sikap ini tampak dalam peradaban Islam. Sehingga, hal itu dapat mengalahkan kecenderungan fanatisme non-Arab dan fanatisme kekabilahan Arab seluruhnya (Imarah, 1997:141). Kajian menarik dari Islam Nusantara adalah platform untuk menegaskan kembali bahwa Islam di negeri ini meng adaptasi nilai-nilai lokal yang menjadi ciri khasnya. Warisan-warisan ulama, menjadi bagian penting dari transformasi keilmuan Islam Nusan tara (Mizan, 2016:9).
Islam yang selama ini orang jalani ternyata menjadi unik dan menarik setelah maraknya fenomena keberagamaan kelompok di luar yang menamakan diri muslim dan membawa bendera Islam, namun membuat gelisah dunia. Dunia yang kemudian bertanya-tanya tentang Islam yang rahmatan lil’aalamin, Islam yang ramah, damai, dan teduh pun mendapatkan jawaban dari perilaku keislaman kita yang ada di nusantara ini. Maka kalau ‘Islam kita’ Islam yang dijalani di nusantara ini ternyata dapat membantu peradaban tidak hanya di Indonesia tapi dunia. Tapi harus realistis, perilaku keislaman itu sendiri saat ini, sudah mulai terganggu oleh berbagai pengaruh dari luar. Sebagai bangsa Indonesia yang beragama Islam sudah barang tentu ikut memperkokoh dan mempertahankan cara kita berIslam selama ini, seperti yang diajarkan oleh guru-guru Islam yang memperoleh Islam dari guru-guru mereka dari guru-guru sebelumnya dengan sanad yang bersambung hingga Rasulullah saw (Bisri, 2016:14). Agama (Islam) bersumberkan wahyu dan memiliki norma-norma nya sendiri. Karena bersifat normatif, maka ia cenderung menjadi permanen. Sedangkan budaya adalah buatan manusia, karenanya ia berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan cenderung untuk selalu berubah. Perbedaan ini tidak menghalangi kemungkinan manifestasi kehidupan beragama dalam bentuk budaya. Maka muncul istilah seudati cara hidup santri, budaya menghormati kiai dan sebagainya, dengan wawasan budaya dari agama secara langsung diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat tanpa mempersoalkan dalilnya. Umat Islam abangan yang menjahui malima, madat atau mengonsumsi obat-obat terlarang, madon atau main perempuan, mabuk, maling, main atau berjudi) belum tentu dengan alasan keagamaan, tetapi sangat boleh jadi karena alasan-alasan budaya, misalnya ketaatan kepada kiai atau orangtua (Wahid, 2016:33).
Premis :
1.      Ide Islam Nusantara bukan untuk mengubah doktrin Islam. Ia hanya ingin mencari cara bagaimana melabuhkan Islam dalam konteks budaya masyarakat yang beragam.
2.      Dari konteks di atas dapat dilihat meskipun Islam Nusantara menge depankan budaya atau memberikan nuansa baru dalam beragama Islam.
3.      Orang yang beramal sholeh mampu meng internalisai nilai-nilai agama kedalam ranah kesadaran spritual dan sosial.
Konklusi
            Islam nusantara maka bisa ditelusuri bahwa Islam Nusantara merupakan agama yang ramah dengan budaya. Orang ber-Islam secara kaffah namun tidak meninggalkan tradisi-tradisi kebudayaannya, justru tradisi atau kebudayaannyalah yang membuat mereka semakin kuat dan percaya dengan agama yang diyakininya. Dalam Islam nusantara terdeskripsikan bagaimana ajaran yang secara normatif berasal dari Tuhan diakomodasikan ke dalam kebudayaan yang berasal dari manusia tanpa kehilangan identitasnya masing-masing.

Daftar Pustaka
Ali, Mukti dkk. 2004. Metodologi Penelitian Agama suatu Pengantar. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya
Azra, Azyumardi. 1995. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Bandung: Mizan
Imarah, Muhammad. Islam dan Pluralitas Perbedaan dan Kemajemukan dalam Bingkai Persatuan. Jakarta: Gema Insani Press
Karim, Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
Luthfi, Khabibi Muhammad. 2016. “Islam Nusantara: Relasi Islam dan Budaya Lokal.” SHAHIH: Journal of Islamicate Multidisciplinary 1, no. 1
Paloutzian, Raymond F. 1996. Psychology of Religion. Massachusetts: Allyn & Bacon
Qomar, Mujamil. 2016. “Islam Nusantara: Sebuah Alternatif Model Pe mikiran, Pemahaman, dan Pengamalan Islam.” El-HARAKAH (TERAKRE DITASI) 17, no. 2
Sahed, Nur, dan Musari Musari. 2016. “The Discourse of Islamic Education Development Based on Islam Nusantara Concept in IAIN Salatiga.” Jurnal Pendidikan Islam 5, no. 1