Tuesday, April 9, 2019

[sultan] Cikal Bakal Syiah


Nama   : M sultan hakim
Nim     : B01217028
Kelas   : A2
Kajian formal:           Ilmu Kalam
Kajian material:        Ilmu Kalam Cikal Bakal Syiah


Syiah


Kancah politik dalam Islam telah melahirkan tiga kelompok ajaran yang berlatar belakang kekuasaan politik. Kancah inilah yang memicu terjadinya dialog teologis secara massive di kalangan kaum muslimin. Pada masa selanjutnya ketiga kelompok ini mengkristal menjadi mazhab anutan. Ahmadiyah sebagai kelompok termuda dari kelompok yang ada telah melaksanakan fungsi mereka secara simultan untuk membangun jaringan penyebaran ajaran agama Islam hingga ke pelosok. Sunni, Syi’ah memiliki akar perbedaan teologi yang cukup kontras pada masalah kepemimpinan. Akan halnya Ahmadiyah, tampak lebih fokus pada klaim bahwa pendiri ajaran ini dikultuskan sebagai seorang Nabi. Inilah ciri khas ketiga golongan tersebut sekaligus menjadi dasar perbedaan ajaran mereka. Meski mengalami perbedaan dalam tiga hal mendasar yaitu pada imāmah Syi’ah dan kitab al-Zikra serta kenabian Mirza Ghulam Ahmad pada Ahmadiyah, ketiga golongan memiliki persamaan pada hal-hal yang berkaitan dengan Iman kepada Allah, Malaikat dan Hari kebangkitan. (Khaik, 2015)
Term syi’ah ( ةؼيش )atau tasyayyu   (  عيشت ) secara etimologis ialah suatu kelompok atau golongan yang berkumpul untuk suatu masalah yang mempunyai pandangan sama, atau pengikut atau pembela seseorang, jamak syi’a (غيش)  asy-yaa’ (عايشا) dan kata syi’ah juga berlaku untuk tunggal dan jamak, laki-laki dan perempuan. (Zulkifli, 2013)
Syi’ah Ali adalah pendukung dan pembela Ali, sementara Syi’ah Mu’awiah adalah pendukung Mu’awiyah. Pada zaman Abu Bakar, Umar dan Utsman kata Syi’ah dalam arti nama kelompok orang Islam belum dikenal. Pada saat pemilihan khalifah ketiga setelah terbunuhnya Abu Bakar, ada yang mendukung Ali, namun setelah  umat  Islam  memutuskan  untuk  memilih  Utsman  bin Affan, maka orang-orang yang tadinya mendukun Ali, akhirnya berbaiat  kepada  Utsman  termasuk  Ali.  Dengan  begitu,  belum terbentuk secara faktual kelompok umat Islam bernama Syi’ah. (Atabik, 2015)
Orang-orang syiah pada awalnya mereka adalah orang-orang yang mencintai nabi dan keturunan nabi. Bahkan mereka berlomba-lomba untuk memulyakan ahlulbait yang termotivasi dari penjelasan rasulullah Saw sendiri terkait beberapa tafsir ayat contohnya surat al Bayinah. Dengan kata lain cikal bakal syiah dalam arti orang-orang yang mencintai ahlulbait telah ada sejak rasulullah Saw hidup. Kemudian golongan syiah ini mengalami perluasan makna pada pemililihan khalifah di saqifah bani saidah. Mereka mengusulkan nama Ali bin Abi Thalib sebagai pengganti Rasulullah Saw. Fakta ini kemudian muncul kembali pada perang siffin yang menghasilkan abritase diantara kedua belah pihak. Dimana orang-orang syiah ini menampakan jati dirinya sebagai pendukung Ali dan hingga saat ini faham inilah yang muncul sebagai sebuah madzhab teologi dalam Islam. (Dewi, 2016)
Abu al-Khair al-Baghdâdi (wafat 429 H) pengarang kitab Al-Farqu baina al-Firaq, membagi Syiah dalam empat kelompok besar yaitu Zaidiyah, Ismailliyah, Isna ‘Asyariyah, Ghulat (ekstremis). Perpecahan dalam kelompok Syiah itu terjadi lebih disebabkan oleh karena pebedaan prinsip keyakinan dalam persoalam imâmah, yaitu pada pergantian Imam, Kedudukan Imam dalam Syiah menjadi sangat penting, karena tugas dan tanggung jawab seorang Imam hampir sejajar dengan kedudukan Nabi. Imam bagi Syiah memiliki kewajiban menjelaskan makna Al-Qur’an, menjelaskan hukum syariat, mencegah perpecahan umat, menjawab segala persoalan agama dan teologi, menegakkan keadilan, mendidik umat dan melindungi wilayah kekuasaan.
Perpecahan Syiah pertama terjadi sesudah kepemimpinan Imam Husein oleh karena perbedaan pandangan siapa yang lebih berhak menggantikan pucuk kepemimpinan imam. Sebagian pengikut beranggapan bahwa yang berhak memegang kedudukan imam adalah putra Ali yang lahir tidak dari rahim Fatimah, yaitu yang ber- nama Muhammad Ibn Hanifah. Sekte ini dikenal dengan nama Kaisaniyah. Sekte Kaisaniyah selanjutnya tidak berkembang. Sedang golongan lain berpendapat bahwa yang berhak menggantikan Husein adalah Ali Zaenal Abidin bin Husain. Golongan yang kedua ini (pendukung Ali Zaenal Abidin) merupakah kelompok yang menjadi cikal bakal dari kelompok Zaidiyah.
Setelah kematian Ali Zaenal Abidin, sekte Zaidiyah  terbentuk. Golongan Zaidiyah mengusung Zaid sebagai imam kelima pengganti Ali Zaenal Abidin. Zaid sendiri adalah seorang ulama terkemuka dan guru dari Imam Abu Hanifah dan merupakan keturunan Ali bin Abi Thalib dari sanad Ali Zaenal Abidin bin Husain. Syiah Zaidiyah adalah golongan yang paling moderat dibandingkan dengan sekte-sekte lain dalam Syiah. Paham yang diajarkan oleh Syiah Zaidiyah dipandang paling dekat dengan paham keagamaannya dengan aliran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Sekte Ismailliyah dan Isna ‘Asyariyah dapat digolongkan dalam Syiah Imamiyah, karena keduanya mengakui bahwa pengganti Ali Zaenal Abidin (Imam keempat) adalah Abu Ja’far Muhammad al-Baqir (Imam kelima). Kemunculan sekte Ismailliyah dan Isna ‘Asyariyah ini terjadi setelah wafatnya Abu Abdullah Ja’far Sadiq (Imam   keenam) pada tahun 148 H. Sekte  Ismailliyah menyakini bahwa Ismail, putra Imam Ja’far ash-Shadiq, adalah imam yang menggantikan ayahnya sebagai Imam ketujuh. Ismail sendiri telah ditunjuk oleh Ja’far ash-Shadiq, namun Ismail wafat mendahuli ayahnya. Akan tetapi satu kelompok pengikut tetap menganggap Ismail adalah Imam ketujuh. Kepercayaan pada tujuh Imam Syiah yang terhenti pada Ismail putra Ja’far ash-Shadiq, menjadikan Syiah Ismailliyah disebut juga Syiah Sab’iyah.
Syiah Ismailliyah juga diberi gelar dengan al-Bâṭiniyah, karena kepercayaan bahwa Al-Qur’an dan Sunnah mempunyai makna lahir dan makna batin (tersembunyi). Syiah Ismailliyah ini pada masa-masa setelah Imam Ja’far mengalami banyak cabang, dia ntaranya: kelompok Druz, Ismailliyah Nizary, Ismailliyah Musta’ly.
Kelompok lain dari golongan Syiah Imamiyah yaitu Isna ‘Asarîyah atau lebih dikenal dengan Imâmiyah atau Ja’fariyah, atau kelompok Syiah Imam Dua Belas Kelompok ini mempercayai pengganti Ja’far ash-Shadiq adalah Musa al-Kadzam sebagai Imam ketujuh bukan Ismail sudaranya. Kelompok Syiah inilahyag jumlahnya paling banyak (mayoritas) dari kelompok Syiah yang ada sekarang. Disebut sebagai Syiah Imam dua belas karena kelompok syiah ini meyakini dua belas imam secara berurutan.
Syiah Ghulat merupakan kelompok ekstrim dari paham Syiah, yang saat ini telah dipandang telah punah, dan sangat sulit untuk dilacak genealogi pemikiran dari tiga kelompok besar lainnya (Ismailliyah, Isna ‘Asyariyah, dan Zaidiyah). Kelompok ekstrim ini banyak yang dipandang telah keluar dari Islam sehingga keberadaaanya saat ini telah punah.  Kelompok paham Syiah yang termasuk Ghulat di antaranya As-Sabaiyah yaitu pengikut-pengikut Abdullah bin Saba’. (Hasim, 2012)
Otoritas imam sekalipun tidak memiliki kekuasaan politisi ia tetap ber hak untuk menuntut ketaatan kepada prngikutnya, dalam syiah imamiyah dengan jelas dalam kemampuannya untuk menginterpretasikan wahyu ilahi secara otoratif. Apa yang diputuskan olehnya melalui interpetasi dan elaborasi adalah mengikat kaum mukmin. Ketentuan iini membentuk bagian kewajiban dari kaum mukmin. Interpretasi terhadap wahyu ilahi oleh imam, yang dalam syiah imamiah dianggap dari sebagian wahyu, dipandang sebagai bimbingan umat yang dianggap benar sepanjang waktu. Lagi pula, adalah bimbingan ilahi yang secara teologis membenarkan suprastruktur yang dibangun diatas dua doktri syiah imamiyah, yaitu keadilan allah dan ditunjukkan imam, yang bebas dari salah dan dosa, untuk membuat kehendak Allah diketahui oleh manusia. Dalam menghadapi krisis yang timbul akibat gaibnya imam, kaum syiah imamiyah mengembangkan yurespundensi hukum dan politis mereka sendiri, yang didalamnya yaitu kemampuan akal diberi tempat yang mulia. (Arkanudin, 2014)

Premis :
1.      Kancah politik dalam Islam telah melahirkan tiga kelompok ajaran yang berlatar belakang kekuasaan politik. Yaitu Ahmadiyah, Sunni dan Syiah.
2.      Cikal bakal syiah dalam arti orang-orang yang mencintai ahlulbait telah ada sejak rasulullah Saw hidup. Kemudian golongan syiah ini mengalami perluasan makna pada pemililihan khalifah di saqifah bani saidah. Mereka mengusulkan nama Ali bin Abi Thalib sebagai pengganti Rasulullah Saw.
3.      Perpecahan Syiah pertama terjadi sesudah kepemimpinan Imam Husein oleh karena perbedaan pandangan siapa yang lebih berhak menggantikan pucuk kepemimpinan imam.
4.      Abu al-Khair al-Baghdâdi (wafat 429 H) pengarang kitab Al-Farqu baina al-Firaq, membagi Syiah dalam empat kelompok besar yaitu Zaidiyah, Ismailliyah, Isna ‘Asyariyah, Ghulat (ekstremis).
Konklusi : Kancah politik dalam Islam telah melahirkan tiga kelompok ajaran yang berlatar belakang kekuasaan politik. Lalu cikal bakal syiah dalam arti orang-orang yang mencintai ahlulbait telah ada sejak rasulullah Saw hidup. Pada saat pergantian khalifah setelah nabi meraka mengusulkan nama Ali untuk menggantikan kepemimpinan nabi, semakin lama semakin meluas sehingga mereka memiliki beberapa kelompok. Perpecahan pertama pada saat kepemimpinan imam Husein dalam masalah perbedaan pendapat dalam pergantian imam, Abu al-Khair al-Baghdâdi (wafat 429 H) pengarang kitab Al-Farqu baina al-Firaq, membagi Syiah dalam empat kelompok besar yaitu Zaidiyah, Ismailliyah, Isna ‘Asyariyah, Ghulat (ekstremis).


Daftar Pustaka

Arkanudin, A. (2014). Studi Komparasi Konsep Kepemimpinan Antara IImamiah dan Khilsfsh. Tesis, 30.
Atabik, A. (2015, Desember). MELACAK HISTORITAS SYI’AH. Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan, 3(2), 328.
Dewi, S. O. (2016). Syiah: Dari Kemunculannya Hingga Perkembanganya di Indonesia. Membangun Tradisi Berfikir Qur’ani , 12(2), 224.
Hasim, M. (2012, juli-Desember). SYIAH: Sejarah Timbul dan Berkemnbangnya di Indinesia. Analisia, 19(02), 151-153.
Khaik, S. (2015, Juni). PEMETAAN UMAT ISLAM (Sunni, Syiah dan Ahmadiyah). al-Daulah, 4(1), 227-228. Retrieved 02 26, 2019, from http://journal.uin-alauddin.ac.id
Zulkifli. (2013, September). Sejarah Kemunculan dan Perkembangan Syiah. Jurnal Khatulistiwa – Journal Of Islamic Studies, 3(2), 143.