Monday, April 22, 2019

(Muhammad Khabib) Ikhwanul muslimin


Muhammad Khabib/B91217080/KPI A2
Ilmu Kalam
Wahabi
  1. Objek Kajian
  1. Objek Material : Ilmu Kalam
  2. Objek Firmal    : Ilmu Kalam dan Hasil Pemikiran Teologi Ikhwanul Muslimin
Ikhwanul muslimin
Ikhwanul Muslimin (IM) adalah satu gerakan Islam   yang mengajak dan menuntut agar tertegaknya syariat Allah, hidup di bawah naungan Islam, Seperti Yang Diturunkan Allah Kepada Rasulullah SAW , Dan Diserukan Oleh Para Salafus-Soleh, Bekerja Dengannya Dan Untuknya, keyakinan yang bersih yang berakar teguh dalam hati, pemahaman yang benar yang akal dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku dan politik. Kini, gerakan IM  tersebar ke seluruh dunia[1].Diantara tokoh-tokoh pergerakan itu ialah : Said Hawwa, Sayyid Quthub, Muhammad Al-Ghazali, Umar Tilimsani, Musthafa As-Siba`i, dan lain sebagainya.[2] Lambang Ikhwanul Muslimin adalah dua belah pedang menyilang melingkari al-Qur`an, ayat al-Qur`an (wa’aiddu) dan tiga kata: haq (kebenaran), quwwah (kekuatan) dan hurriyah (kemerdekaan)[3]. Dalam gerakan dan pemikirannya, Ikhwanul Muslimin mewakili masyarakat Mesir yang semakin resah dengan ulah pemimpin politik dan tokoh intelektual Mesir yang sekuler dan IM menjadi pionir bagi gerakan Islam lain di berbagai negeri Muslim.[4]
Hasan Albana pernah berkata : “Dakwah Ikhwanul Muslimin tidaklah ditujukan untuk melawan satu aqidah, agama, ataupun golongan, karena faktor pendorong perasaan jiwa para pengemban dakwah jama’ah ini adalah berkeyakinan fundamental bahwa semua agama samawi berhadapan dengan musuh yang sama, yaitu atheisme[5]

Ide-ide pemikiran politik Ikhwanul Muslimin atau sering disebut sebagai Fikrah Al Ikhwan adalah ide-ide yang muncul dari pemikiran Hasan Al Banna itu sendiri. Ia menetaptkan fikrah Ikhwan pada:
1). Hukum-hukum Islam dan seluruh ajarannya dapat mengatur urusan hidup manusia di dunia dan akhirat,
2). Dasar pengajaran Al-Ikhwan dan seluruh pemahamannya adalah Al Quran dan Sunah Nabi SAW.,
3). Sebagai agama yang kaffah, Islam memiliki kemampuan mengatur persoalan hidup dan semua bangsa dan umat pada segala zaman.[6]
Menurut al Banna, Ikhwan berkeyakinan bahwa khilafah adalah lambang kesatuan Islam dan bukti adanya keterikatan bangsa Muslim.  Ia merupakan identitas Islam yang wajib


[1] Diunduh 28/03/2019 https://inijalanku.wordpress.com/parti2/sejarah-ringkas-ikhwan-muslimin/
[2] Diunduh 28/03/2019 https://almanhaj.or.id/1653-membongkar-kesesatan-dan-penyimpangan-gerakan-dakwah-ikhwanul-muslimin.html
[3] Diunduh 28/03/2019 https://www.hidayatullah.com/kajian/sejarah/read/2013/10/28/7032/hasan-al-banna-ikhwanul-muslimin-dan-nasionalisme.html
[4] Diunduh
[5] Diunduh 28/03/2019 https://www.hidayatullah.com/kajian/sejarah/read/2013/10/28/7032/hasan-al-banna-ikhwanul-muslimin-dan-nasionalisme.html
[6] Diunduh 28/03/2019 https://www.mjamzuri.com/index.php/artikel/politik-hub-internasional/136-ide-politik-dan-dakwah-ikhwanul-muslimin


dipikirkan dan diperhatikan oleh kaum Muslimin. Khalifah adalah tempat rujukan bagi pemberlakuan sebagian besar hukum dalam agama Allah.  Oleh karena itu, para sahabat lebih mendahulukan penanganannya daripada mengurus dan memakamkan jenazah Nabi saw sampai mereka benar-benar menyelesaikan tugas tersebut (memilih khalifah).
Ikhwanul Muslimin tentang nasionalisme dengan konsepsi ummah, yaitu universalisme dan orientasi ketuhanan. Untuk lebih jelasnya dipaparkan dalam sub bab sebagai berikut:
1.      Universalisme
Universalisme disini diartikan “yang meliputi seluruh dunia,” tidak terbatas hanya pada masyarakat arab dan terlepas dari sekat-sekat teritorial dan geografis. Tidak membedakan antara daerah utara dan daerah Selatan, antara daerah timur dan barat dan tidak pula membedakan antara kulit putih dan kulit hitam. Baik sikap Ikhwanul Muslimin tentang nasionalisme maupun konsepsi ummah, keduanya mengindikasikan universalime yang merupakan implikasi dari suatu ikatan aqidah. Dalam kaitannya dengan nasionalisme, Ikhwanul Muslimin menolak bentuk nasionalisme yang terbatas pada wilayah kedaerahan. Yang oleh mereka ungkapkan bahwa kaum nasionalis fanatik tidak memperdulikan semua orang yang ada di luar batas tanah tumpah darahnya. Kaum nasionalis fanatik hanya mengurus semua kepentingan yang terkait langsung dengan apa yang ada dibatas wilayah teritorialnya saja.[1]
salah satu partai yang dipengaruhi dan terinspirasi dari Ikhwanul Muslimin adalah PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Bahkan, Syeikh Yusuf al-Qaradhawi pernah mengatakan, Partai Keadilan (Setelah itu berganti nama menjadi PKS) adalah perpanjangan tangan Ikhwan di Indonesia. Pernyataan ini dianggap berlebihan oleh sebagian orang, karena tidak ada bukti yang menunjukan bahwa PKS dikontrol oleh Ikwanul Muslimin dan tidak ada pula indikasi PKS menerima komando dari Ikhwanul Muslimin. Namun beberapa peneliti menyebut, ada indikasi bahwa PKS ikut serta secara teratur dalam pertemuan internasional antara Ikhwan
Mesir senior dan perwakilan gerakan dan partai yang dipengaruhi oleh Ikhwanul Muslimin.Jelasnya, keterkaitan PKS dan Ikhwanul Muslimin pernah diakui oleh Anis Matta, salah satu tokoh PKS. Dia mengatakan: “Inspirasi-inspirasi Ikhwanul Muslimin dalam diri Partai Keadilan Sejahtera, kalau boleh digarisbawahi di sini, sesungguhnya memberikan kekuatan pada dua dimensi sekaligus: Pertama, inspirasi ideologis yang salah satunya didisarkan kepada prinsip syumuliyah Islam, yang tidak hanya diperjuangkan oleh Hasan al-Banna, tapi juga pejuang lain. Kedua, inspirasi historis, semacam mencari model dan maket dari sebentuk perjuangan Islam di era keruntuhan Khilafah Islamiyyah dan dominasi imperialisme Barat atas negeri-negeri Muslim.”[2]
mengaitkan Al-Ikhwan Al-Muslimun dengan Al-Asya'irah tidak pernah mengurangkan kedudukannya (IM). Adapun umat Islam itu sendiri, majoritinya adalah Al-Asya'irah dan Al-Maturidiyyah. Dan merekalah dalam kalangan ahli al-sunnah wa al-jamaah yang mana imam-imam mereka adalah Imam Abu Al-Hasan Al-Asy'ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi. Para ulama' mazhab As-Syafi'e dan mazhab Al-Maliki adalah bermazhab al-asy'ari (dalam aqidah). Golongan Hanafiyyah pula adalah maturidiyyah.[3]
Dari uraian diatas dapat kita tarik premis sebagai berikut :
1.       Ikhwanul muslimin  didirikan oleh hasan al banna
2.       Ikhwanul muslimin terbentuk mewakili masyarakat yang resah akibat politik sekuler dan ingin menerapkan islam sebagai dasar dalam hal politik
3.       Ikhwanul muslimin ingin menyatukan umat islam melalui konsep nasionalismenya
4.       Mayoritas angggota ikhwanul muslimin menganut aqidah asy’ariyah dan maturidiyah

Dari premis diatas dapat kita simpulkan bahwa ikhwanul muslimin adalah organisasi yang didirikan oleh hasan al banna mewakili masyarakat yang resah akibat politik secular dan menginginkan penerapan islam dalam politik mesir sedangkan dalam hal aqidah mayoritas anggota ikhwanul muslimin menganut aqidah asy’ariyah dan al maturidiyah.


[1] Diunduh 28/03/2019 http://digilib.uinsgd.ac.id/cgi/users/login?target=http%3A%2F%2Fdigilib.uinsgd.ac.id%2F1105%2F5%2Fbab2.pdf
[2] Diunduh 28/03/19 https://harakahislamiyah.com/filez/pdf/2018/08/06/518/buku-pintar-ikhwanul-muslimi1.pdf
[3] Diunduh 28/03/19 http://www.al-ahkam.net/home/content/sj-01-0169-pas-ikhwanul-muslimin-bermasalah-aqidah