Muhammad Khabib/B91217080/KPI A2
Ilmu Kalam
Wahabi
- Objek Kajian
- Objek Material :
Ilmu Kalam
- Objek Firmal : Ilmu Kalam dan Hasil Pemikiran
Teologi Ikhwanul Muslimin
Ikhwanul muslimin
Ikhwanul Muslimin (IM) adalah satu gerakan Islam yang mengajak dan menuntut agar
tertegaknya syariat Allah, hidup di bawah naungan Islam, Seperti Yang
Diturunkan Allah Kepada Rasulullah SAW ,
Dan Diserukan Oleh Para Salafus-Soleh, Bekerja Dengannya Dan Untuknya, keyakinan
yang bersih yang berakar teguh dalam hati, pemahaman yang benar yang akal dan
fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku dan politik.
Kini, gerakan IM tersebar ke seluruh
dunia[1].Diantara
tokoh-tokoh pergerakan itu ialah : Said Hawwa, Sayyid Quthub, Muhammad
Al-Ghazali, Umar Tilimsani, Musthafa As-Siba`i, dan lain sebagainya.[2] Lambang Ikhwanul Muslimin adalah dua belah pedang menyilang
melingkari al-Qur`an, ayat al-Qur`an (wa’aiddu) dan tiga kata: haq
(kebenaran), quwwah (kekuatan) dan hurriyah
(kemerdekaan)[3].
Dalam gerakan dan pemikirannya, Ikhwanul Muslimin mewakili masyarakat Mesir
yang semakin resah dengan ulah pemimpin politik dan tokoh intelektual Mesir
yang sekuler dan IM menjadi pionir bagi gerakan Islam lain di berbagai negeri
Muslim.[4]
Hasan Albana pernah berkata :
“Dakwah Ikhwanul Muslimin tidaklah ditujukan untuk melawan satu aqidah, agama,
ataupun golongan, karena faktor pendorong perasaan jiwa para pengemban dakwah
jama’ah ini adalah berkeyakinan fundamental bahwa semua agama samawi berhadapan
dengan musuh yang sama, yaitu atheisme[5]
Ide-ide pemikiran politik Ikhwanul Muslimin atau sering disebut sebagai Fikrah Al
Ikhwan adalah ide-ide yang muncul dari pemikiran Hasan Al Banna itu sendiri. Ia
menetaptkan fikrah Ikhwan pada:
1). Hukum-hukum Islam dan seluruh ajarannya
dapat mengatur urusan hidup manusia di dunia dan akhirat,
2). Dasar pengajaran Al-Ikhwan dan seluruh
pemahamannya adalah Al Quran dan Sunah Nabi SAW.,
3). Sebagai agama yang kaffah, Islam memiliki
kemampuan mengatur persoalan hidup dan semua bangsa dan umat pada segala zaman.[6]
Menurut
al Banna, Ikhwan berkeyakinan bahwa khilafah adalah lambang kesatuan Islam dan
bukti adanya keterikatan bangsa Muslim. Ia merupakan identitas Islam yang
wajib
[1] Diunduh 28/03/2019 https://inijalanku.wordpress.com/parti2/sejarah-ringkas-ikhwan-muslimin/
[2] Diunduh 28/03/2019 https://almanhaj.or.id/1653-membongkar-kesesatan-dan-penyimpangan-gerakan-dakwah-ikhwanul-muslimin.html
[3] Diunduh 28/03/2019 https://www.hidayatullah.com/kajian/sejarah/read/2013/10/28/7032/hasan-al-banna-ikhwanul-muslimin-dan-nasionalisme.html
[4] Diunduh
[5] Diunduh 28/03/2019 https://www.hidayatullah.com/kajian/sejarah/read/2013/10/28/7032/hasan-al-banna-ikhwanul-muslimin-dan-nasionalisme.html
[6] Diunduh 28/03/2019 https://www.mjamzuri.com/index.php/artikel/politik-hub-internasional/136-ide-politik-dan-dakwah-ikhwanul-muslimin
dipikirkan dan diperhatikan oleh kaum Muslimin. Khalifah adalah
tempat rujukan bagi pemberlakuan sebagian besar hukum dalam agama Allah.
Oleh karena itu, para sahabat lebih mendahulukan penanganannya daripada
mengurus dan memakamkan jenazah Nabi saw sampai mereka benar-benar
menyelesaikan tugas tersebut (memilih khalifah).
Ikhwanul
Muslimin tentang nasionalisme dengan konsepsi ummah, yaitu universalisme dan
orientasi ketuhanan. Untuk lebih jelasnya dipaparkan dalam sub bab sebagai
berikut:
1.
Universalisme
Universalisme disini diartikan “yang meliputi seluruh dunia,”
tidak terbatas hanya pada masyarakat arab dan terlepas dari sekat-sekat
teritorial dan geografis. Tidak membedakan antara daerah utara dan daerah
Selatan, antara daerah timur dan barat dan tidak pula membedakan antara kulit
putih dan kulit hitam. Baik sikap Ikhwanul Muslimin tentang nasionalisme maupun
konsepsi ummah, keduanya mengindikasikan universalime yang merupakan implikasi
dari suatu ikatan aqidah. Dalam kaitannya dengan nasionalisme, Ikhwanul
Muslimin menolak bentuk nasionalisme yang terbatas pada wilayah kedaerahan.
Yang oleh mereka ungkapkan bahwa kaum nasionalis fanatik tidak memperdulikan
semua orang yang ada di luar batas tanah tumpah darahnya. Kaum nasionalis
fanatik hanya mengurus semua kepentingan yang terkait langsung dengan apa yang
ada dibatas wilayah teritorialnya saja.[1]
salah satu partai yang dipengaruhi dan
terinspirasi dari Ikhwanul Muslimin adalah PKS (Partai Keadilan Sejahtera).
Bahkan, Syeikh Yusuf al-Qaradhawi pernah mengatakan, Partai Keadilan (Setelah
itu berganti nama menjadi PKS) adalah perpanjangan tangan Ikhwan di Indonesia.
Pernyataan ini dianggap berlebihan oleh sebagian orang, karena tidak ada bukti
yang menunjukan bahwa PKS dikontrol oleh Ikwanul Muslimin dan tidak ada pula
indikasi PKS menerima komando dari Ikhwanul Muslimin. Namun beberapa peneliti
menyebut, ada indikasi bahwa PKS ikut serta secara teratur dalam pertemuan
internasional antara Ikhwan
Mesir senior
dan perwakilan gerakan dan partai yang dipengaruhi oleh Ikhwanul
Muslimin.Jelasnya, keterkaitan PKS dan Ikhwanul Muslimin pernah diakui oleh
Anis Matta, salah satu tokoh PKS. Dia mengatakan: “Inspirasi-inspirasi Ikhwanul
Muslimin dalam diri Partai Keadilan Sejahtera, kalau boleh digarisbawahi di
sini, sesungguhnya memberikan kekuatan pada dua dimensi sekaligus: Pertama,
inspirasi ideologis yang salah satunya didisarkan kepada prinsip syumuliyah
Islam, yang tidak hanya diperjuangkan oleh Hasan al-Banna, tapi juga pejuang lain.
Kedua, inspirasi historis, semacam mencari model dan maket dari sebentuk
perjuangan Islam di era keruntuhan Khilafah Islamiyyah dan dominasi
imperialisme Barat atas negeri-negeri Muslim.”[2]
mengaitkan Al-Ikhwan Al-Muslimun dengan Al-Asya'irah tidak pernah
mengurangkan kedudukannya (IM). Adapun umat Islam itu sendiri, majoritinya
adalah Al-Asya'irah dan Al-Maturidiyyah. Dan merekalah dalam kalangan ahli
al-sunnah wa al-jamaah yang mana imam-imam mereka adalah Imam Abu Al-Hasan
Al-Asy'ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi. Para ulama' mazhab As-Syafi'e dan
mazhab Al-Maliki adalah bermazhab al-asy'ari (dalam aqidah). Golongan
Hanafiyyah pula adalah maturidiyyah.[3]
Dari uraian diatas dapat kita tarik premis sebagai berikut :
1. Ikhwanul muslimin didirikan
oleh hasan al banna
2. Ikhwanul muslimin terbentuk mewakili masyarakat yang resah akibat
politik sekuler dan ingin menerapkan islam sebagai dasar dalam hal politik
3. Ikhwanul muslimin ingin menyatukan umat islam melalui konsep
nasionalismenya
4. Mayoritas angggota ikhwanul muslimin menganut aqidah asy’ariyah dan
maturidiyah
Dari
premis diatas dapat kita simpulkan bahwa ikhwanul muslimin adalah organisasi
yang didirikan oleh hasan al banna mewakili masyarakat yang resah akibat
politik secular dan menginginkan penerapan islam dalam politik mesir sedangkan
dalam hal aqidah mayoritas anggota ikhwanul muslimin menganut aqidah asy’ariyah
dan al maturidiyah.
[1] Diunduh 28/03/2019 http://digilib.uinsgd.ac.id/cgi/users/login?target=http%3A%2F%2Fdigilib.uinsgd.ac.id%2F1105%2F5%2Fbab2.pdf
[2] Diunduh 28/03/19 https://harakahislamiyah.com/filez/pdf/2018/08/06/518/buku-pintar-ikhwanul-muslimi1.pdf
[3] Diunduh 28/03/19 http://www.al-ahkam.net/home/content/sj-01-0169-pas-ikhwanul-muslimin-bermasalah-aqidah