Kelas: A2
Nim: B91217076
Ikhwanul Muslimin
Sejarah Ikhwanul Muslimin
Al-Ikhwan Al-Muslimun didirikan oleh Hasan Al-Banna di Mesir, seorang yang awalnya guru madrasah Islam kemudian menjadi tokoh politik oposisi Mesir, bersama dengan enam orang rekannya di kota Ismailiyah pada bulan Maret 1928. Ikhwanul Muslimin (IM) dalam bahasa Arab yaitu Al-Ikhwan Al-Muslimun atau secara ringkas yaitu Al-Ikhwan dalam bahasa Melayu yaitu saudara se-Muslim atau dalam bahasa Inggris yaitu Muslim Brotherhood, merupakan suatu gerakan berdasarkan ideologi Islam yang jaringannya berskala antarbangsa yang mempunyai pengaruh di negara-negara di dunia. Ikhwanul Muslimin yang nantinya disebut IM, merupakan gerakan Islamis tertua di dunia dan juga sejak lama sebagai kelompok oposisi terbesar di Mesir.
Ikhwanul Muslimin didirikan di Mesir pada tahun 1928, pembentukan itu di pelopori oleh Hassan al-Banna dan enam orang rekannnya. Sebelum terbentuknya Ikhwanul Muslimin, pendirinya, Hassan al-Banna, telah lebih dahulu melakukan kegiatan-kegiatan dawah. IM memiliki prinsip dasar untuk memperjuangkan ajaran Islam sebagai ajaran dasar dan kehidupan bermasyarakat dan beragama. Dalam gerakan dan pemikirannya, Ikhwanul Muslimin mewakili masyarakat Mesir yang semakin resah dengan ulah pemimpin politik dan tokoh intelektual Mesir yang sekuler5 dan IM menjadi pionir bagi gerakan Islam lain di berbagai negeri Muslim.
Sejalan dengan pandangan komperhensif IM mengenai Islam, kelompok ini memiliki berbagai kegiatan dalam bidang pendidikan yang dilandasi oleh paham Islam, seperti pendidikan ideologi (at-Tarbiyah al-Aqaidiyyah), pendidikan spiritual (at-Tarbiyah al-Ruhaniyah), pendidikan akhlak (at-Tarbiyah al-Khuluqiyah), pendidikan sosial (at-Tarbiyah al-Ijtimaiyyah), pendidikan intelektual (at-Tarbiyah al-Aqliyyah), pendidikan politik (at-Tarbiyah al-Siyasah) dan pendidikan olahraga (at-Tarbiyah al-jismiyah).
Ikhwanul Muslimin merupakan salah satu dari organisasi masyarakat yang berbasiskan agama di negara Mesir, namun jika kita lihat dalam pergerakan setiap organisasi tersebut, hanya Ikhwanul Muslimin lah yang begitu terlihat mencolok dan berani dalam mengambil sebuah tindakan di Mesir. Dalam sejarah perjalanan Ikhwanul Muslimin di Mesir, terdapat banyak kejadian yang terjadi di dalamnya, di mulai dari reaksi positif masyarakat terhadap Ikhwanul Muslimin, hingga reaksi negatif dari kubu pemerintah terhadap Ikhwanul Muslimin yang dimulai dengan pembekuan organisasi Ikhwanul Muslimin dari Mesir, pemenjaraan puluhan bahkan ratusan anggota-anggota Ikhwanul Muslimin di Mesir, hingga pembebasan Ikhwanul Muslimin dari pembekuan dan pergerakan Ikhwanul Muslimin untuk bertahan di dalamnya.
Gerakan Al Ikhwan Al Muslimun dibangun oleh Hasan Al Banna tidak lama setelah kejatuhan kekhalifahan Turki Ustmaniyah pada tahun 1924.Hasan Al Banna dengan cermat mendefinisikan Al-Ikhwan Al-Muslimun dengan persepsi Islam yang komprehensif, Islam adalah negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, peradaban dan undang-undang serta jihad dan dakwah.
Objek Kajian
Objek Material: Ilmu Kalam
Objek Formal: Prinsip-prinsip dasar Al-Ikhwan Al-Muslimun dapat disimpulkan dengan : 1. Membentuk individu-individu muslim, 2. Membentuk keluarga-keluarga muslim, 3. Membentuk masyarakat muslim, 4. Membebaskan negeri-negeri muslim, 5. Memperbaiki pemerintahan, 6. Menegakkan eksistensi kenegaraan, 7. Membentuk sokoguru peradaban Islam internasional. Gerakan Al-Ikhwan kemudian menyempurnakan perpindahannya dengan melakukan merger dan penyatuan dengan organisasi Islam serupa yang memiliki basis massa di Kairo. Setelah setahun di Kairo, gerakan Ikhwan melakukan penerbitan suratkabar dan melakukan muktamar (kongres nasional) pertamanya. Sementara itu perkembangan keanggotaan organisasi menunjukkan hal yang signifikan, gerakan Ikhwan telah melebarkan sayap organisasi dengan memiliki lima cabang pada tahun 1930, lima belas cabang pada tahun 1932, tiga ratus cabang pada tahun 1938 dan diperkirakan antara 1,700 sampai 2,000 cabang pada tahun 1948. Jumlah anggota dan kader Ikhwan tidak diketahui dengan pasti, dengan keberadaan tiga ratus cabang organisasi diperkirakan gerakan Ikhwan memiliki 50,000 sampai dengan 150,000 orang anggota pada tahun 1938. Sedangkan perhitungan lain memperkirakan gerakan Ikhwan memiliki 1 juta orang anggota dan simpatisan pada tahun 1948.
Pada awal berdirinya gerakan Al-Ikhwan Al-Muslimun tampil dengan bentuk organisasi keagamaan, sosial dan kemasyarakatan yang menekankan pentingnya pembangunan sosial, pendidikan, dan moral kaum muslimin, jadi merupakan suatu usaha reformasi dari yang sudah lama dirintis tokoh-tokoh seperti Jamaluddin Al- Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Tetapi sistem organisasi yang diterapkan oleh Al-Banna sedemikian praktis dan modern sehingga Al-Ikhwan merupakan organisasi yang secara konkrit mencoba merealisasikan pikiran-pikiran pembaruan Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.Ikhwan memfokuskan gerak organisasinya pada perluasan rekrutmen keanggotaan, diskusi- diskusi mengenai dakwah, perbaikan moral dan keagamaan masyarakat dan juga menjadi organisasi yang melakukan pelayanan sosial pada masyarakat.Dan dalam pertumbuhan selanjutnya Al-Ikhwan menjadi tidak saja sebagai gerakan sosial dan pendidikan, tetapi juga kekuatan sosial-politik yang selalu diperhitungkan baik sebelum maupun sesudah revolusi Mesir tahun 1952. Sebelum organisasi Al-Ikhwan didirikan, sudah banyak gerakan/organisasi dakwah yang didirikan, dan banyak memberikan warna pada pola dakwah Al-Ikhwan. Sehingga Al-Ikhwan dapat mengambil pelajaran berharga dari organisasi-organisasi yang mendahuluinya.
Premis:
1. Membentuk individu-individu muslim,
2. Membentuk keluarga-keluarga muslim,
3. Membentuk masyarakat muslim,
4. Membebaskan negeri-negeri muslim,
5. Memperbaiki pemerintahan,
6. Menegakkan eksistensi kenegaraan,
7. Membentuk sokoguru peradaban Islam internasional
Konklusi:
Ikhwanul Muslimin merupakan salah satu dari organisasi masyarakat yang berbasiskan agama di negara Mesir. Ikhwanul Muslimin didirikan di Mesir pada tahun 1928, pembentukan itu di pelopori oleh Hassan al-Banna dan enam orang rekannnya. Sebelum terbentuknya Ikhwanul Muslimin, pendirinya, Hassan al-Banna, telah lebih dahulu melakukan kegiatan-kegiatan dawah.
DAFTAR PUSTAKA
Chalfan Chairil, Ikhwanul Muslimin, FIB UI, 2014
Mokhtar Efendi, Ensiklopedia Agama dan Flisafat, Palembang: Percetakan Universitas Sriwijaya, 2001).
Muhammad Abdullah Al Khatib, Muhammad Abdul Halim Hamid, Konsep Pemikiran Gerakan Ikhwan : Kajian Analitik Terhadap Risalah Talim, Asy Syaamil Press & Grafika. Bandung, 2001
Robert S. Leiken & Steve Brooke, The Moderat Muslim Brotherhood, Foreign Affairs Magazine, April 9, 2007