Tuesday, April 9, 2019

[Lettycia Nia Wiviana] Wahabi Salafi


Teologi Wahabi Salafi

A.    Objek Kajian
Kajian formal     : Teologi Wahabi Salafi
Kajian material   : ilmu kalam

Wahabi ialah aliran di dalam Islam yang ditujukan kepada pengikut Muhammad bin Abdul Wahab. Muhammad bin Abdul Wahab lahir pada tahun 1703/1115 di ‘Uyaynah. Ibnu Abdul Wahab berasal dari daerah Najd, belahan timur kerajaan Arab Saudi sekarang. Terkait tempat kelahiran tokoh wahabi ini, Rasulullah SAW pernah mengatakan, “Disana akan muncul kegoncangan dan fitnah, dan disana pula nanti muncul tanduk setan” (HR: al-Bukhari). Pernyataan Rasul ini mungkin tidak berkaitan langsung dengan Muhammad bin Abdul Wahab, tetapi fakta sejarah menunjukan bahwa sebagian kelompok yang merasahkan umat Islam lahir dari daerah ini: misalnya nabi palsu Musailamah al-Kadzab.
Meskipun Muhammad bin Abdul Wahab sangat dipuji pengikutnya, tetapi perlu diketahui bahwa Ayah kandung Muhammad bin Abdul Wahab sendiri sudah lama merasa aneh dan janggal melihat pemikiran anaknya. Bahkan, kakak kandung Ibnu Abdul Wahab, Sulaiman bin Abdul Wahab, mengkritik keras dan menolak pandangan keagamaan pendiri wahabi ini. Kritikan Sulaiman tersebut ditulis dalam buku al-Shawa’iq al-Ilahiyyah fi al-Radd ‘ala al-Wahabiyyah.
Cara berpikirnya wahabi salafi :
1.         Mengampanyekan jargon kembali kepada al-Qur’an dan hadis dengan meninggalkan madzhab fikih serta pandangan ulama terdahulu.
2.         Memahami al-Qur’an dan hadis secara tekstual dan tidak menggunakan perangkat pengetahuan yang biasa digunakan ulama untuk memahami al-Qur’an dan hadis: misalnya, ushul fikih, ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu bahasa, dan lain-lain.
3.         Memahami al-Qur’an dan hadis sepotong-sepotong dan tidak mengonfirmasi dan menyesuaikannya dengan ayat ataupun hadis lainnya.
4.         Menganggap setiap amalan yang tidak ada dalil spesifiknya dalam al-Qur’an dan hadis sebagai bid’ah.
5.         Memahami setiap perbuatan yang tidak dilakukan Rasulullah sebagai bid’ah dan haram dilakukan.
6.         Meyakini bahwa andaikan perbuatan itu boleh dilakukan, sudah pasti dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya.
7.         Mengajak orang untuk kembali kepada al-Qur’an dan hadis, serta meninggalkan madzhab fikih, tetapi mereka malah sering merujuk pendapat tokoh-tokoh mereka.
8.         Memahami permasalahan dari bungkusnya saja, tanpa melihat isi dan substansinya.

Salafisme atau Islam puritan diyakini mulai berkembang di Indonesia sejak awal 1980an, yang diduga disebarkan Pemerintah Arab Saudi melalui program beasiswa.
“Jika salafisme dianut, agama akan kehilangan nuansa kemanusiaan, karena semuanya dikembalikan pada praktik masa lalu atau salaf, di zaman Nabi Muhammad SAW,” kata Ali Munhanif, peneliti senior Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, kepada BeritaBenar, Senin, 27 Februari 2017.
“Gerakan ini meniru pola kehidupan masyarakat awal Islam yang berujung pada anti-modernisme, anti terhadap perkembangan masyarakat. Yang di luar itu dianggap tidak Islam. Ide semacam itu yang berbahaya,” tambah Ali.
Ia mencontohkan penggunaan kata kafir.
“Kata kafir adalah simbol pengingkaran yang sebenarnya sangat interpretatif. Bagi kaum Salafi, sejauh tidak sesuai dengan aqidah (Islam), akan dibilang kafir,” ujarnya, “kemudian gampang meneriakkan ‘Bunuh! atau ‘Gantung’. Ini yang saya bilang agama akan kehilangan nuansa kemanusiaannya,” tambahnya.
Menurutnya, kebangkitan salafisme di Indonesia tak lepas dari peran sejumlah lembaga, organisasi dan institusi pendidikan yang didanai Arab Saudi dan negara Timur Tengah lainnya.
“Mereka memberi beasiswa pada orang Indonesia untuk belajar di sana dengan harapan membawa paham itu ketika pulang,” jelas Ali.

Premis 1 :
Wahabi ialah aliran yang didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahab adalah seorang mubalig yang fanatik. Kerajaan Inggris ikut campur tangan dalam lahirnya gagasan-gagasan Wahabisme.

Premis 2 :
Perkembangan wahabi tidak bisa dilepaskan dari peran Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Agen dari penyebaran ideologi wahabi tidak lepas dari kepulangan alumni Timur-Tengah ke Indonesia.

Konklusi :
Aliran wahabi yang didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahab tidak terlepas dari campur tangan kerajaan Inggris. Penyebaran aliran wahabi tidak lepas dari peran Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) dan alumni Timur-Tengah yang menjadi agen penyebar setelah pulang ke Indonesia.

Daftar Pustaka
Tim Harakah Islamiyah, (t.t), Buku Pintar Salafi Wahabi (k.t: Harakah Islamiyah).