Nama : Islahul Dhea Alfansyah
Kelas : A2
NIM : B91217123
Objek Kajian : Ilmu Kalam
Objek Material : Pemikiran Wahabi
WAHABI SALAFI
A.
Sejarah Timbulnya Aliran Wahabi
Wahhabisme atau ajaran Wahabi muncul
pada pertengahan abad 18 di Dir’iyyah sebuah dusun terpencil di Jazirah Arab,
di daerah Najd. Kata Wahabi sendiri diambil dari nama pendirinya, Muhammad Ibn
Abdul-Wahhab(170392). Laki-laki ini lahir di Najd, di sebuah dusun kecil
Uyayna. Ibn Abdul-Wahhab adalah seorang mubaligh yang fanatik, dan telah menikahi
lebih dari 20 wanita (tidak lebih dari 4 pada waktu bersamaan) dan mempunyai 18
orang anak.
Sebelum menjadi seorang mubaligh,
Ibn Abdul-Wahhab secara ekstensif mengadakan perjalanan untuk keperluan bisnis,
pelesiran, dan memperdalam agama ke Hijaz, Mesir, Siria, Irak, Iran, dan India.
Hempher mata-mata Inggris
Walaupun Ibn Abdul-Wahhab dianggap
sebagai Bapak Wahabisme, namun aktualnya Kerajaan Inggeris-lah yang membidani
kelahirannya dengan gagasan-gagasan Wahabisme dan merekayasa Ibn Abdul-Wahhab sebagai
Imam dan Pendiri Wahabisme, untuk tujuan menghancurkan Islam dari dalam dan
meruntuhkan Daulah Utsmaniyyah yang berpusat di Turki. Seluk-beluk dan rincian
tentang konspirasi Inggeris dengan Ibn Abdul-Wahhab ini dapat Anda temukan di
dalam memoar Mr. Hempher : “Confessions of a British Spy” 3]
Selagi di Basra, Iraq, Ibn
Abdul-Wahhab muda jatuh dalam pengaruh dan kendali seorang mata-mata Inggeris
yang dipanggil dengan nama Hempher yang sedang menyamar (undercover), salah
seorang mata-mata yang dikirim London untuk negeri-negeri Muslim (di Timur
Tengah) dengan tujuan menggoyang Kekhalifahan Utsmaniyyah dan menciptakan
konflik di antara sesama kaum Muslim. Hempher pura-pura menjadi seorang Muslim,
dan memakai nama Muhammad, dan dengan cara yang licik, ia melakukan pendekatan
dan persahabatan dengan Ibn Abdul-Wahhab dalam waktu yang relatif lama.
Hempher, yang memberikan Ibn
Abdul-Wahhab uang dan hadiah-hadiah lainnya, mencuciotak Ibn Abdul-Wahhab
dengan meyakinkannya bahwa : Orang-orang Islam mesti dibunuh, karena mereka
telah melakukan penyimpangan yang berbahaya, mereka – kaum Muslim – telah
keluar dari prinsip-prinsip Islam yang mendasar, mereka semua telah melakukan
perbuatan-perbuatan bid’ah dan syirik.
Hempher juga membuat-buat sebuah
mimpi liar (wild dream) dan mengatakan bahwa dia bermimpi Nabi Muhammad Saw
mencium kening (di antara kedua mata) Ibn AbdulWahhab, dan mengatakan kepada
Ibn Abdul-Wahhab, bahwa dia akan jadi orang besar, dan meminta kepadanya untuk
menjadi orang yang dapat menyelamatkan Islam dari berbagai bid’ah dan takhayul.
B.
Tokoh dan Pemikirannya
Kelompok salafi-wahabi seringkali
tidak konsisten dengan pendapat yang
mereka kemukakan. Mereka selalu mengumandangkan jargon
kembali kepada al-Qur’an dan hadis, bahkan menghujat orang-orang yang merujuk pada pendapat ulama-ulama
klasik. Namun faktanya, mereka sendiri juga tetap
taqlid pada pendapat-pendapat
tokoh dan ulama mereka.
Di
antara ulama yang menjadi rujukan mereka ialah:
Pertama, Ibnu Taymiyyah dan Ibnu
Qayyim al-Jawziyyah. Kedua tokoh ini merupakan ulama klasik yang sering dikutip
pendapatnya oleh salafi-wahabi. Kebanyakan pendapat Ibnu Taymiyyah dan Ibnu
Qayyim yang dikutip hanya soal teologi atau tauhid.
Sementara
pandangan kedua tokoh ini terkait
permasalahan fikih jarang seringkali dipahami dan ditampilkan. Andaikan pemikiran fikih Ibnu Taymiyyah dan Ibnu Qayyim didalami dan dielobarasi oleh
salafi-wahabi, besar kemungkinan pandangan fikih mereka tidak akan sempit dan kaku.
Kedua, Nashiruddin al-Bani, Abdullah
bin Baz, dan Muhammad bin Shalih al-Ustaimin. Ketiga tokoh ini termasuk ulama
kontemporer yang pendapatnya sering dirujuk salafi-wahabi, terutama oleh
agen-agen salafi-wahabi di Indonesia
pandangan ulama terdahulu.
1.
Memahami al-Qur’an dan hadis secara tekstual dan tidak menggunakan perangkat pengetahuan yang biasa digunakan
ulama untuk memahami al-Qur’an dan hadis: misalnya, ushul
fikih, ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu bahasa, dan lain-lain.
2.
Memahami al-Qur’an dan hadis sepotong sepotong dan tidak mengonfirmasi dan menyesuaikannya dengan ayat ataupun hadis
lainnya.
3.
Menganggap
setiap amalan yang tidak ada dalil spesifiknya dalam al-Qur’an dan hadis sebagai bid’ah.
4.
Memahami
setiap perbuatan yang tidak dilakukan Rasulullah sebagai bid’ah dan haram dilakukan.
5.
Meyakini
bahwa andaikan perbuatan itu boleh dilakukan, sudah pasti dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya.
6.
Mengajak orang untuk kembali kepada al-Qur’an dan hadis, serta meninggalkan madzhab fikih, tetapi
mereka malah sering merujuk
pendapat tokoh-tokoh mereka.
C.
Perkembangan dan Pengaruh Ajaran Wahabi di Indonesia
Menepis
anggapan banyak orang kalau mereka adalah wahabi. Perkembangan
wahabi di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia (DDII). Pada masa dulu, lembaga ini berhasil mengirimkan banyak mahasiswa untuk belajar ke Timur-Tengah berkat dukungan dana dari Jemaah
Wahabi. Sebagian dari alumni Timur-Tengah tersebut menjadi agen penyebaran ideologi wahabi setelah pulang ke Indonesia.
Selain DDII, LIPIA sebagai lembaga pendidikan Islam yang dibiayai penuh
Arab Saudi juga berperan penting dalam penyebaran ideologi wahabi di
tanah air. Sebagaimana diketahui, LIPIA memberikan beasiswa penuh kepada
seluruh mahasiswa. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan santri atau pelajar agama untuk
kuliah di lembaga ini.
LIPIA pertama kali dipimpin oleh
Syeikh Abdul Aziz Abdullah al-Ammar, murid tokoh salafi Syekh Abdullah bin Baz.
Seluruh pengajar kampus
ini didatangkan dari Timur-Tengah dan kurikulumnya
mengikuti kurikulum Universitas Riyad. Sebagian besar pentolan wahabi Indonesia
merupakan alumni LIPIA.
Di antara alumni LIPIA yang menjadi
penyebar paham wahabi ialah Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Farid Okbah, Ainul
Harits, Abu Bakar M. Altway, Ja’far Umar Thalib, Abdul Hakim Abdat, Aman
Abdurrahman, dan lainlain. Perlu diketahui, Aman Abdurrahman ini termasuk orang yang memiliki
pengaruh kuat terhadap sebagian besar kelompok teroris di Indonesia. Bahkan, sebagian kasus bom di Indonesia didalangi oleh Aman.
Selain alumni LIPIA, paham wahabi
semakin menyebar di Tanah Air pasca
pulangnya beberapa alumni Arab Saudi. Mereka menyebarkan paham tersebut tidak hanya melalui lembaga pendidikan, tetapi juga
majlis pengajian. Hasil pengajian
mereka dipublikasikan dan disebarkan secara masif di internet. Di antara alumni
Arab Saudi yang menyebarkan ideologi wahabi ialah Firanda, Khalid
Basalamah, Syafiq Basalamah, dan lain-lain.
Premis 1 : Aliran Wahabi
didirikan oleh Muhammad Ibn Abdul-Wahhab adalah seorang mubaligh yang fanatic,
yang aktualnya Kerajaan Inggeris-lah
yang membidani kelahirannya dengan gagasan-gagasan Wahabisme.
Premis 2 : Aliran Wahabi tidak
konsisten dengan pendapatnya yang sering menjargonkan untuk “kembali pada
Al-Qur’an dan Hadis” akan tetapi kenyataannya mereka masih bertaqlid dengan
ulama’-ulama’ klasik.
Premis 3 : Menepis anggapan banyak orang kalau
mereka adalah wahabi. Perkembangan wahabi di Indonesia tidak bisa
dilepaskan dari peran Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Sebagian dari alumni Timur-Tengah
tersebut menjadi agen penyebaran ideologi
wahabi setelah pulang ke Indonesia.
Konklusi : Wahabi yang
didirkan oleh Muhammad Ibn Abdul-Wahhab, yang akrualnya ajaran ini kelahirannya
tidak terlepas dari kerajaan Inggris, dikarenakan adanya seorang mata-mata
Inggris yang mencuci otak Muhammad Ibn Abdul Wahhab. Aliran Wahabi juga masih
bertaqlid kepada Ulama’-Ulama’ Klasik, meskipun jargonnya yang berbunyi
“kembali kepada Al-Qur-an dan Hadis”. Penyebaran aliran wahabi tidak terlepas
dari peran Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, dan juga dari sebagian
alumni-alumni Timur-Tengah yang menjadi agen penyebar ideologi Wahabi.
Daftar Pustaka
Tim Harakah Islamiyah, Buku Pintar Salafi Wahabi, (Harakah
Islamiyah)
http://sk-sk.facebook.com/topic.php?uid=80383792636&topic=11768
http://kommabogor.wordpress.com/2007/12/22/latar-belakang-berdirinya-kerajaan- saudiarabia-dan-paham-wahabi-bag-i/