Nama : Irene
Wulansari
NIM :
B01217023
Objek kajian:
1.
Kajian formal : teologi
wahabi
2.
Kajian material : ilmu kalam
Wahabi
Wahabi adalah suatu kelompok atau aliran yang
mengikuti seseorang yang bernama Muhammad Ibn Abdul Wahhab yang muncul di Nejed
sejak sekitar 250 tahun yang lalu. Terbentuknya kekuasaan baru Saudi Arabia
dimulai sejah tahun 1746 M dengan adanya persekutuan Dar’iyyah. Muhammad bin ‘Abd
al-Wahab dan Amir Muhammad bin Sa’ud secara terbuka mendeklarasikan
jihad untuk melawan Muslim lain.[1]
Muhammad bin ‘Abd al-Wahab yang berobsesi memurnikan
syariat Islam dan mengIslamkan kembali umat Islam yang dianggap sudah tidak
Islam lagi karena banyak melakukan bid’ah,
khurafat, dan takhayul, mengajak kerjasama Muhammad bin Sa’ud yang berkepentingan
memperluas wilayah jazirah Arab agar tunduk dalam kekuasaanya.[2]
Dengan terbentuknya koalisi anatara Muhammad bi Sa’ud
dan Muhammad bin ‘Abd al-Wahab, ajaran Muhammad bin ‘Abd al-Wahab menjadi
ideology keagamaan bagi suatu unifikasi anatara suku di Arabia tengah dan apa
yang disebut sebagai gerakan Wahabiyyah pun dimulai.[3]
Selanjutnya, gerakan yang dibentuk Muhammad bin ‘Abd
al-Wahab ini memberikan pengaruhnya dalam berbagai aspek; agama politik dan
social. Sementara peran dan pengaruh tersebut sangat penting dan masih dapat
dirasakan bagi kelangsungan kerajaan Arab Saudi sampai saat ini.
Di bidang politik, pengaruh pemikiran Muhammad bin
‘Abd al-Wahab adalah legimitas dalam system kerajaan (monarki). Meskipun
sebagaimana ulama dan rakyat ada yang tidak sepakat dengansistem ini, karena
tidak mencerminkan keadilan dan tidak sesuai dengan kepemimpinan Rosulullah dan
al-khulafa al Rasyidin, tetapi justru
disinnilah pemikiran Muhammad bin ‘Abd al-Wahab memberi legitimasi hokum
terhadap bentuk system kerajaan ini, karena system ini dianggap tidak
bertentangan dengan al Qur’an dan sunnah.
Hal tersebut membuat ulama wahabi menjaga hubungan baik dengan kerajaan, dengan
mengeluarkan fatwa-fatwa yang menguntungkanposisi raja dan mereka sendiri.[4]
Doktrin dari kelompok wahabi cukup ampuh memberikan pengaruh terhadap
otoritas atau kekuasaan sang raja, yaitu
dapat mempengaruhi amir-amir local ataupun
rakyatuntuk tunduk kepada kebijakan kerajaan, sehingga tidak ada
pemberontakan bahkan oposisi terhadap pemerintah yang sah, karena fawa
wahabi sebagai gerakan teologi mengambil ajaran yang terkandung dalam Al
Qur’an dan al Sunnah, akan tetapi seiring perjalanan waktu ajaran mereka
menjadi suatu bentuk yang berusaha melegimitasi kehendak rezim (raja) yang ada.
Apa Saja Kekeliruan Salafi-Wahabi dalam Akidah?
a. Membagi Tauhid Menjadi Tiga Salafi-wahabi meyakini
bahwa tauhid dibagi tiga: tauhid rububiyyah, yaitu mengakui Tuhan sebagai Sang
Pencipta dan mengatur jagad raya. Tauhid uluhiyyah, yaitu
melaksanakan ibadah yang hanya ditujukan untuk Allah; tauhid asma’ wa sifat,
yaitu menetapkan hakikat nama dan sifat Tuhan berdasarkan makna literalnya.
Pertama, Rasulullah SAW, sahabat, dan ulama salaf
tidak pernah membagi tauhid dalam tiga kategori seperti ini. Bahkan tidak ada
dalil alQur’an dan hadis yang menguatkan pembagian tauhid dalam tiga kategori.
Kedua, tauhid dibagi tiga adalah hasil pemikiran Ibnu Taymiyyah dan diikuti
oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Ketiga, pembagian tauhid ini bertentangan dengan
al-Qur’an dan hadis shahih.
b.
Meyakini Allah Bertempat Salafi-wahabi meyakini Allah berada di atas
‘Arsy. Keyakinan ini didasarkan pada pemahaman mereka terhadap ayat-ayat
mutasyabihat. Dalam memahami ayat tersebut, mereka memahami dari sisi dzahirnya
saja, atau menggunakan pendekatan literal, tetapi akibatnya mereka terjebak
dalam tasybih dan tajsim, yaitu penyamaan Allah dengan makluk.
c.
Menyamakan Allah dengan Makhluknya Salafi-wahabi juga menyamakan Allah
dengan makhluknya. Sebagian dai dan tokoh mereka menganggap Allah punya tangan,
punya kaki, wajah, dan lain-lain. Ini akibat dari
kesalahpahaman mereka terhadap ayat-ayat mutasyabihat. Padahal, seluruh ulama
sepakat bahwa Allah tidak boleh disamakan dengan makhluk.[5]
Premis
1. Wahabi adalah suatu kelompok atau aliran yang
mengikuti seseorang yang bernama Muhammad Ibn Abdul Wahhab yang muncul di Nejed
2. Muhammad bin ‘Abd al-Wahab yang berobsesi memurnikan
syariat Islam bekerjasama dengan Muhammad bin Sa’ud yang berkepentingan
memperluas wilayah jazirah Arab agar tunduk dalam kekuasaanya
3. Di bidang politik, pengaruh pemikiran Muhammad bin
‘Abd al-Wahab adalah legimitas dalam system kerajaan (monarki)
4. Teologi wahabbi, membagi Tauhid Menjadi Tiga
Salafi-wahabi meyakini bahwa tauhid dibagi tiga (tauhid rububiyyah, tauhid
uluhiyyah, tauhid asma’ wa sifat)
5. Meyakini Allah Bertempat Salafi-wahabi meyakini Allah
berada di atas ‘Arsy
6. Menyamakan Allah dengan Makhluknya
Konklusi
Wahabi
adalah kelompok yang mengikuti pemikiran orang bernama Muhammad Ibn Abdul
Wahhab, yang berobsesi memurnikan Islam dan bekerjasama dengan Muhammad bin
Sa’ud yang berkepentingan memperluaskan wilayah. Wahabi berpendapat bahwa
tauhid dibagi menjadi tiga, meyakini Allah bertempat, dan menyamakan Allah
dengan makhluk.
[1]David
Cook, Understanding Jihad (Barkeley:
University of California Press, 2005), hlm 74.
[2]Nur
Khalik Ridwan, Perselingkuhan Wahabi…,
hlm 38.
[3]Mukhamad
Syamsul Huda, Pengaruh Pemikiran Teologi Muhammad Bin ‘Abd Al Wahab Terhadap
Pemerintahan Dinasti Saudi Arabia Ketiga, Yogyakarta 2014, hlm 8
[4]Mukhamad
Syamsul Huda, Pengaruh Pemikiran Teologi Muhammad Bin ‘Abd Al Wahab Terhadap
Pemerintahan Dinasti Saudi Arabia Ketiga, Yogyakarta 2014, hlm 233
[5]Harakah
Islamiyah, Buku Pintar Wahabi-Salafi, hlm. 53-60