Tuesday, April 23, 2019

Irene Wulansari - Wahabi


Nama   : Irene Wulansari
NIM    : B01217023
Objek kajian:
1.      Kajian formal           : teologi wahabi
2.      Kajian material        : ilmu kalam

Wahabi
Wahabi adalah suatu kelompok atau aliran yang mengikuti seseorang yang bernama Muhammad Ibn Abdul Wahhab yang muncul di Nejed sejak sekitar 250 tahun yang lalu. Terbentuknya kekuasaan baru Saudi Arabia dimulai sejah tahun 1746 M dengan adanya persekutuan Dar’iyyah. Muhammad bin ‘Abd  al-Wahab dan Amir Muhammad bin Sa’ud secara terbuka mendeklarasikan jihad untuk melawan Muslim lain.[1]
Muhammad bin ‘Abd al-Wahab yang berobsesi memurnikan syariat Islam dan mengIslamkan kembali umat Islam yang dianggap sudah tidak Islam lagi karena banyak melakukan bid’ah, khurafat, dan takhayul, mengajak kerjasama Muhammad bin Sa’ud yang berkepentingan memperluas wilayah jazirah Arab agar tunduk dalam kekuasaanya.[2]
Dengan terbentuknya koalisi anatara Muhammad bi Sa’ud dan Muhammad bin ‘Abd al-Wahab, ajaran Muhammad bin ‘Abd al-Wahab menjadi ideology keagamaan bagi suatu unifikasi anatara suku di Arabia tengah dan apa yang disebut sebagai gerakan Wahabiyyah pun dimulai.[3]
Selanjutnya, gerakan yang dibentuk Muhammad bin ‘Abd al-Wahab ini memberikan pengaruhnya dalam berbagai aspek; agama politik dan social. Sementara peran dan pengaruh tersebut sangat penting dan masih dapat dirasakan bagi kelangsungan kerajaan Arab Saudi sampai saat ini.
Di bidang politik, pengaruh pemikiran Muhammad bin ‘Abd al-Wahab adalah legimitas dalam system kerajaan (monarki). Meskipun sebagaimana ulama dan rakyat ada yang tidak sepakat dengansistem ini, karena tidak mencerminkan keadilan dan tidak sesuai dengan kepemimpinan Rosulullah dan al-khulafa al Rasyidin, tetapi justru disinnilah pemikiran Muhammad bin ‘Abd al-Wahab memberi legitimasi hokum terhadap bentuk system kerajaan ini, karena system ini dianggap tidak bertentangan dengan al Qur’an dan sunnah. Hal tersebut membuat ulama wahabi menjaga hubungan baik dengan kerajaan, dengan mengeluarkan fatwa-fatwa yang menguntungkanposisi raja dan mereka sendiri.[4] Doktrin dari kelompok wahabi cukup ampuh memberikan pengaruh terhadap otoritas  atau kekuasaan sang raja, yaitu dapat mempengaruhi amir-amir local ataupun  rakyatuntuk tunduk kepada kebijakan kerajaan, sehingga tidak ada pemberontakan bahkan oposisi terhadap pemerintah yang sah, karena fawa wahabi  sebagai gerakan teologi  mengambil ajaran yang terkandung dalam Al Qur’an dan al Sunnah, akan tetapi seiring perjalanan waktu ajaran mereka menjadi suatu bentuk yang berusaha melegimitasi kehendak rezim (raja) yang ada.
Apa Saja Kekeliruan Salafi-Wahabi dalam Akidah?
a.       Membagi Tauhid Menjadi Tiga Salafi-wahabi meyakini bahwa tauhid dibagi tiga: tauhid rububiyyah, yaitu mengakui Tuhan sebagai Sang Pencipta dan mengatur jagad raya. Tauhid uluhiyyah, yaitu melaksanakan ibadah yang hanya ditujukan untuk Allah; tauhid asma’ wa sifat, yaitu menetapkan hakikat nama dan sifat Tuhan berdasarkan makna literalnya.
Pertama, Rasulullah SAW, sahabat, dan ulama salaf tidak pernah membagi tauhid dalam tiga kategori seperti ini. Bahkan tidak ada dalil alQur’an dan hadis yang menguatkan pembagian tauhid dalam tiga kategori. Kedua, tauhid dibagi tiga adalah hasil pemikiran Ibnu Taymiyyah dan diikuti oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Ketiga, pembagian tauhid ini bertentangan dengan al-Qur’an dan hadis shahih.
b.      Meyakini Allah Bertempat Salafi-wahabi meyakini Allah berada di atas ‘Arsy. Keyakinan ini didasarkan pada pemahaman mereka terhadap ayat-ayat mutasyabihat. Dalam memahami ayat tersebut, mereka memahami dari sisi dzahirnya saja, atau menggunakan pendekatan literal, tetapi akibatnya mereka terjebak dalam tasybih dan tajsim, yaitu penyamaan Allah dengan makluk.
c.       Menyamakan Allah dengan Makhluknya Salafi-wahabi juga menyamakan Allah dengan makhluknya. Sebagian dai dan tokoh mereka menganggap Allah punya tangan, punya kaki, wajah, dan lain-lain. Ini akibat dari kesalahpahaman mereka terhadap ayat-ayat mutasyabihat. Padahal, seluruh ulama sepakat bahwa Allah tidak boleh disamakan dengan makhluk.[5]


Premis
1.      Wahabi adalah suatu kelompok atau aliran yang mengikuti seseorang yang bernama Muhammad Ibn Abdul Wahhab yang muncul di Nejed
2.      Muhammad bin ‘Abd al-Wahab yang berobsesi memurnikan syariat Islam bekerjasama dengan Muhammad bin Sa’ud yang berkepentingan memperluas wilayah jazirah Arab agar tunduk dalam kekuasaanya
3.      Di bidang politik, pengaruh pemikiran Muhammad bin ‘Abd al-Wahab adalah legimitas dalam system kerajaan (monarki)
4.      Teologi wahabbi, membagi Tauhid Menjadi Tiga Salafi-wahabi meyakini bahwa tauhid dibagi tiga (tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah, tauhid asma’ wa sifat)
5.      Meyakini Allah Bertempat Salafi-wahabi meyakini Allah berada di atas ‘Arsy
6.      Menyamakan Allah dengan Makhluknya

Konklusi
Wahabi adalah kelompok yang mengikuti pemikiran orang bernama Muhammad Ibn Abdul Wahhab, yang berobsesi memurnikan Islam dan bekerjasama dengan Muhammad bin Sa’ud yang berkepentingan memperluaskan wilayah. Wahabi berpendapat bahwa tauhid dibagi menjadi tiga, meyakini Allah bertempat, dan menyamakan Allah dengan makhluk.


[1]David Cook, Understanding Jihad (Barkeley: University of California Press, 2005), hlm 74.
[2]Nur Khalik Ridwan, Perselingkuhan Wahabi…, hlm 38.
[3]Mukhamad Syamsul Huda, Pengaruh Pemikiran Teologi Muhammad Bin ‘Abd Al Wahab Terhadap Pemerintahan Dinasti Saudi Arabia Ketiga, Yogyakarta 2014, hlm 8
[4]Mukhamad Syamsul Huda, Pengaruh Pemikiran Teologi Muhammad Bin ‘Abd Al Wahab Terhadap Pemerintahan Dinasti Saudi Arabia Ketiga, Yogyakarta 2014, hlm 233
[5]Harakah Islamiyah, Buku Pintar Wahabi-Salafi, hlm. 53-60