RADIKALISME
DALAM PERSPEKTIF HISTORIS
A. KAJIAN FORMAL
Ilmu
Kalam
B. KAJIAN MATERIAL
Sejarah
Radikalisme
Gerakan radikalisme yang sistematis dan terorganisir baru dimulai
setelah terjadinya Perang Shiffin di masa kekuasaan Ali bin Abi Thalib. Hal ini
ditandai dengan munculnya sebuah gerakan teologis radikal yang disebut dengan “Khawarij”.
Secara etimologis, kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu “kharaja” yang
berarti keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Dari pengertian ini, kata
tersebut dapat juga dimaknai sebagai golongan orang Islam atau Muslim yang
keuar dari kesatuan umat Islam. Ada pula yang mengatakan bahwa pemberian nama
itu di dasarkan pada Q.S. an-Nisa’ [4]: 100 Surat Annisa ayat 100, yang
menyakatan: “Keluar dari rumah kepada Allah dan Rasulnya”. Dengan kata lain,
golongan “Khawarij” memandang diri mereka sebagai orang yang meninggalkan rumah
atau kampung halaman untuk “berhijrah” dan mengabdikan diri kepada Allah dan
Rasul-Nya.[1]
Radikalisme agama yang
dilakukan oleh gerakan Islam garis keras dapat ditelusuri lebih jauh ke
belakang. Gerakan ini telah muncul pada masa kemerdekaan Indonesia, bahkan
dapat dikatakan sebagai akar gerakan Islam garis keras era reformasi. Gerakan
dimaksud adalah DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) dan Negara Islam
Indonesia (NII) yang muncul era 1950- an (tepatnya 1949). Darul Islam atau NII
mulanya di Jawa Barat, Aceh dan Makassar. Gerakan ini disatukan oleh visi dan
misi untuk menjadikan syariat sebagai dasar negara Indonesia. Gerakan DI ini
berhenti setelah semua pimpinannya atau terbunuh pada awal 1960- an. Sungguhpun
demikian, bukan berarti gerakan semacam ini lenyap dari Indonesia. Pada awal
tahun 1970-an dan 1980-an gerakan Islam garis keras muncul kembali, seperti
Komando Jihad, Ali Imron, kasus Talangsari oleh Warsidi dan Teror Warman di
Lampung untuk mendirikan negara Islam, dan semacamnya.[2]
Dalam catatan sejarah radikalisme Islam semakin menggeliat pada pasca
kemerdekaan hingga pasca reformasi, Sejak Kartosuwirjo memimpin operasi 1950-an
di bawah bendera Darul Islam (DI). Sebuah gerakan politik dengan
mengatasnamakan agama, justifikasi agama dan sebagainya. Dalam sejarahnya
gerakan ini akhirnya dapat digagalkan, akan tetapi kemudian gerakan ini muncul
kembali pada masa pemerintahan Soeharto, hanya saja bedanya, gerakan
radikalisme di era Soeharto sebagian muncul atas rekayasa oleh militer atau
melalui intelijen melalui Ali Moertopo dengan Opsusnya, ada pula Bakin yang
merekayasa bekas anggota DI/TII, sebagian direkrut kemudian disuruh melakukan
berbagai aksi seperti Komando Jihad, dalam rangka memojokkan Islam. Setelah itu
sejak jatuhnya Soeharto, ada era demokratisasi dan masa-masa kebebasan,
sehingga secara tidak langsung memfasilitasi beberapa kelompok radikal ini
untuk muncul lebih nyata, lebih militan dan lebih vokal, ditambah lagi dengan
liputan media, khususnya media elektronik, sehingga pada akhirnya gerakan ini
lebih tanpak.3 Setelah DI, muncul Komando Jihad (Komji) pada 1976 kemudian
meledakkan tempat ibadah. Pada 1977, Front Pembebasan Muslim Indonesia melakukan
hal sama. Dan tindakan teror oleh Pola Perjuangan Revolusioner Islam, 1978.4
Tidak lama kemudian, setelah pasca reformasi muncul lagi gerakan yang beraroma
radikal yang dipimpin oleh Azhari dan Nurdin M. Top dan gerakan-gerakan radikal
lainnya yang bertebar di beberapa wilayah Indonesia, seperti Poso, Ambon dan
yang lainnya. Semangat radikalisme tentu tidak luput dari persoalan politik.
Persoalan politik memang sering kali menimbulkan gejala-gejala tindakan yang
radikal. Sehingga berakibat pada kenyamanan umat beragama yang ada di Indonesia
dari berbagai ragamnya.[3]
Cendekiawan muslim
Zuhairi Misrawi menjelaskan munculnya radikalisme di Indonesia tak lepas dari
hegemoni kungkungan kekuasaan Soviet dan Barat terhadap dunia Islam. Menurutnya,
menguatnya komunisme Soviet dan imperialisme Barat atas negara Islam menjadi
salah satu penyebab berkembangnya radikalisme. Di satu sisi tidak solidnya
negara Timur Tengah atas perjuangan pembebasan Palestina membentuk banyak faksi
organisasi radikal di Timur Tengah. Puncaknya, terjadi konsolidasi jaringan
global melalui perang Afganistan selam 10 tahun lebih. Lebih lanjut, sepeninggal
perang Afganistan, para alumni kembali ke tanah air masing-masing dan
menyebarkan pemahaman mereka terkait jihad[4]
C.
PREMIS
1.
Radikalisme
pertama kali muncul stelah Perang Shiffin di masa kekuasaan Ali bin Abi Thalib.
Hal ini ditandai dengan munculnya sebuah gerakan teologis radikal yang disebut
dengan “Khawarij”.
2.
Radikalisme di Indonesia muncul pada masa kemerdekaan
Indonesia, ditandai dengan adanya gerakan
Darul Islam atau NII di Jawa Barat, Aceh dan Makassar.
3.
Radikalisme muncul dikarenakan tidak solidnya negara
Timur Tengah atas perjuangan pembebasan Palestina. Sehingga, kaum muslim membentuk
banyak faksi organisasi radikal di Timur Tengah. Dan menyebarkan pemahamannya
di Indonesia
D.
KONKLUSI
Pemahaman Radikalisme
pertama kali diawali oleh gerakan Khawarij yang muncul di masa kekuasaan Ali
bin Abi Thalib. Radikalisme
di Indonesia muncul pada masa kemerdekaan Indonesia, ditandai dengan adanya gerakan Darul Islam. Di sisi lain pemahaman Radikalisme
dibawa faksi organisasi radikal di Timur Tengah.
Fathiyah
Khasanah Ar Rahmah (B01217016)
[3] Radikalisme di Indonesia: antara
Historisitas dan Antropisitas, Kalam: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam