KONSEP
POLITIK IKHWANUL MUSLIMIN
A.
OBJEK MATERIAL
Ilmu Kalam
B.
OBJEK FORMAL
KONSEP POLITIK IKHWANUL
MUSLIMIN
Imam Hasan Al-Banna telah menjelaskan strategi
politik Ikhwanul Muslimin dengan sangat gamblang sekali dalam sebuah ceramah
Beliau berjudul: “Ikhwanul Muslimin dan Politik” yang termasuk dalam risalah
“Ila Ayyi Syai’i Nad’u An-Naasa”. Dalam ceramah tersebut Beliau berkata: “Wahai
umat Islam, kami memanggil kalian semua, Al-Qur`an yang berada di tangan kanan
kami, Sunnah berada di kiri kami, tindakan para pendahulu kita (slafus shalih)
yang shalih menjadi panutan kami, dari hati yang paling dalam kami mengajak
umat Islam untuk kembali pada Islam, hukum Islam dan petunjuk-petunjuknya. Jika
semua hal di atas diistilahkan dengan politik, maka itulah politik kami. Jika
orang yang memperjuangkan hal-hal tersebut mereka juluki para politisi, maka
kamilah yang paling pantas dijuluki para politisi tersebut.
Karakter politik Islam tidak lain adalah
politik yang mempunyai misi perwujudan kebahagiaan hidup manusia, baik di dunia
maupun akhirat, maka hendaklah Anda memiliki etika politik seperti itu, ajaklah
rekan-rekan Anda serta berpegang teguhlah pada etika politik yang
memprioritaskan kebanggaan terhadap akhirat .[1]
Hasan Al-Banna (Mursyid ‘Aam pertama jamaah ikhwan) pernah
memaparkan konsepsi politik ketika berbicara mengenai hubungan antara Islam
dengan politik dan sikap seorang muslim terhadapnya. Beliau berpendapat bahwa:
“ politik adalah hal yang memikirkan tentang persoalan-persoalan internal
maupun eksternal umat. Ia memiliki dua sisi: internal dan eksternal. Yang
dimaksud dengan sisi internal politik adalah “mengurus persoalan pemerintahan,
menjelaskan fungsi-fungsinya, merinci kewajiban dan hak-haknya, melakukan
pengawasan terhadap para penguasa untuk kemudian dipatuhi jika mereka melakukan
kebaikan dan dikritik jika mereka melakukan kekeliruan. Sedangkan yang dimaksud
dengan sisi eksternal politik adalah “ memelihara kemerdekaan dan kebebasan
bangsa, mengantarkan mencapai tujuan yang akan menempatkan kedudukannya di
tengah-tengah bangsa lain, serta membebaskannya dari penindasan dan intervensi
pihak lain dalam urusan-urusannya.[2]
Hasan Al-Banna, dengan gamblang mengaitkan antara aqidah
dan aktivitas politik. Ia berkata, “ Sesungguhnya seorang muslim belum sempurna
keislamannya kecuali jika ia menjadi seorang politikus, mempunyai pandangan jauh
kedepan dan memberikan perhatian penuh kepada persoalan bangsanya. Keislaman
seseorang menuntutnya untuk memberikan perhatian kepada persoalan-persoalan
bangsanya.[3] Selanjutnya, Hasan Al-Banna mengatakan,“Sesungguhnya kami
adalah politikus dalam arti bahwa kami memberikan perhatian kepada
persolan-persoalan bangsa kami, dan kami bekerja dalam rangka mewujudkan
kebebasan seutuhnya.” [4]
Definisi ini dipandang sebagai definisi politik
transformatif (berorientasi kepada perubahan) dan lebih luas dibandingkan
dengan definisi politik prespektif modern yang hanya memfokuskan kepada
aktivitas struktur-struktur organisasi politik maupun pelaku politik.
Karenanya, menurut ikhwan,
politik adalah upaya memikirkan persoalan internal dan eksternal umat,
memberikan perhatian kepadanya, dan bekerja demi kebaikan seluruhnya. Ia
berkaitan dengan aqidah dan akhlak serta bertujuan untuk melakukan perubahan.
Di dalam risalah pergerakan
ikhwanul muslimin hasan al-banna memaparkan bahwa “ Sesungguhnya dalam Islam
ada politik, namun politik yang padanya terletak kebahagiaan dunia dan akhirat.
Itulah politik kami.”[5] Hal ini sejalan dengan pandangan ikhwan tentang
dakwah, dakwah ikhwan adalah dakwah yang hanya dapat dilukiskan secara integral
oleh kata “islamiyah” (إسلامية). Kata islamiyah mempunyai makna luas, ikhwan memandang bahwa Islam
adalah nilai yang komprehensif mencakup seluruh dimensi kehidupan.
Muhammad Iqbal dalam Pemikiran Politik Islam (2015) menulis
bahwa kunci dari pemikiran politik Hassan al-Banna adalah Islam sebagai solusi.
Solusi dari segala permasalahan yang dikandung negara yang masih menganut
sistem sekuler. Dalam kasus Mesir, yang juga masih tertindas oleh kekuatan
besar yang tidak Islami (baca: Inggris). Negara yang ideal bagi Banna adalah
yang menerapkan Alquran dan Sunah Nabi sebagai panduan utamanya. Islam adalah
panduan hidup yang sempurna, pandang Banna, dengan demikian ia menyingkirkan
ideologi sekuler lain baik yang kanan (liberalisme-sekularisme) maupun yang
kiri (sosialisme-komunisme). Islam sebagai sistem politik bersifat universal
atau bisa diterapkan di segala zaman dan tempat. Islam mampu menjadi solusi
bagi seluruh persoalan,baik kesenjangan ekonomi, krisis identitas akibat
Westernisasi, kemiskinan, perilaku tercela, dan lain-lainnya.[6]
B. PREMIS
1.
Arti politik bagi ikhwanul muslimin adalah hal yang memikirkan
tentang persoalan-persoalan internal maupun eksternal umat.
2.
Pemikiran politik ikhwanul
muslimin adalah Islam sebagai solusi. Solusi dari segala permasalahan yang
dikandung negara yang masih menganut sistem sekuler.
3.
Karakter politiknya adalah politik yang
mempunyai misi perwujudan kebahagiaan hidup manusia, baik di dunia maupun
akhirat.
4.
Asas dalam politik ikhwanul muslimin adalah
kembali kepada islam, yaitu kembali kepada al Qur’an dan sunnah.
C.
KONKLUSI
Arti politik bagi ikhwanul
muslimin adalah hal yang memikirkan tentang persoalan-persoalan internal maupun
eksternal umat. Islam sebagai solusi dari segala permasalahan yang
disebabkan sistem sekuler. Ikhwanul muslimin mempunyai misi perwujudan
kebahagiaan hidup manusia, baik di dunia maupun akhirat. Politiknya berlandaskan
islam, yang bersumber al Qur’an dan sunnah.
Fathiyah
Khasanah Ar Rahmah (B01217016)
[2] Utsman Abdul Mu’iz Ruslan,DR, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin: Studi Analisis
Evaluatif terhadap Proses Pendidikan Politik Ikhwan untuk para Anggota khususnya
dan seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari tahun 1928 hingga 1945. (Solo :Era Intermedia, 2000), hal 72
[3] Utsman Abdul Mu’iz Ruslan,DR, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin: Studi Analisis
Evaluatif terhadap Proses Pendidikan Politik Ikhwan untuk para Anggota
khususnya dan seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari tahun 1928 hingga 1945. (Solo :Era Intermedia, 2000), hal 72
[4] Utsman Abdul Mu’iz Ruslan,DR, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin: Studi Analisis
Evaluatif terhadap Proses Pendidikan Politik Ikhwan untuk para Anggota
khususnya dan seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari tahun 1928 hingga 1945. (Solo :Era Intermedia, 2000), hal 73
[5] Hasan Al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, Terj. Anis Mata,
(Solo:Intermedia,2001), hal 63