Tuesday, April 9, 2019

[EZA] Wahabi


NAMA : Eza Alroisi Arhan Saputra
KELAS: A2
NIM      : B01217015

PENYEBARAN WAHABI

A.    SEJARAH WAHABI

Wahabi ialah aliran di dalam Islam yang ditujukan kepada pengikut Muhammad bin Abdul Wahab. Muhammad bin Abdul Wahab lahir pada tahun 1703/1115 di ‘Uyaynah. Ibnu Abdul Wahab berasal dari daerah Najd, belahan timur kerajaan Arab Saudi sekarang. Terkait tempat kelahiran tokoh wahabi ini, Rasulullah SAW pernah mengatakan, “Di sana akan muncul kegoncangan dan fitnah, dan di sana pula nanti muncul tanduk setan” (HR: alBukhari). Peryataan Rasul ini mungkin tidak berkaitan langsung dengan Muhammad bin Abdul Wahab, tetapi fakta sejarah menunjukan bahwa sebagian kelompok yang merasahkan umat Islam lahir dari daerah ini: misalnya nabi palsu Musailamah al-Kadzab. Meskipun Muhammad bin Abdul Wahab sangat dipuji pengikutnya, tetapi perlu diketahui bahwa Ayah kandung Muhammad bin Abdul Wahab sendiri sudah lama merasa aneh dan janggal melihat pemikiran anaknya. Bahkan, kakak kandung Ibnu Abdul Wahab, Sulaiman bin Abdul Wahab, mengkritik keras dan menolak pandangan keagamaan pendiri wahabi ini. Kritikan Sulaiman tersebut ditulis dalam buku al-Shawa’iq al-Ilahiyyah fi al-Radd ‘ala alWahabiyyah.
Sejak ayahnya meninggal, Muhammad bin Abdul Wahab merasa bebas berpendapat serta menyerang prilaku umat Islam yang bertentangan dengan pendapatnya. Pendiri wahabi ini memahami al-Qur’an dan hadis secara sempit dan sangat tekstual, sehingga mereka begitu mudahnya membid’ahkan dan mengafirkan orang yang tidak mengikuti pemahaman mereka. Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab sejak dulu kontroversial dan mengundang kritikan dan hujatan banyak orang. Dia ingin melakukan permunian terhadap ajaran Islam, sehingga menganggap ziarah kubur dan tawassul sebagai bentuk kemusyrikan. Sebab itu, tidak mengherankan bila pandangan Ibnu Abdul Wahab ini dikritik banyak orang dan bertentangan dengan paham Ahlussunnah wal Jama’ah.
Karena paham Muhammad bin Abdul Wahab dianggap bertentangan dengan mayoritas ulama dan pengikutnya selalu membuat resah masyarakat di mana-mana, akhirnya kelompok ini tidak mau lagi menggunakan nama wahabi. Mereka mengarang cerita baru bahwa aliran wahabi sebenarnya dinisbatkan kepada pengikut Abdul Wahab bin Rustum (211 H), bukan kepada Muhammad bin Abdul Wahab. Abdul Wahab bin Rustum adalah pengikut paham khawarij yang mengafirkan muslim yang melakukan dosa, serta memberontak kepada pemerintahan Islam. Akan tetapi, fakta sejarah menunjukan, pengikut Abdul Wahab bin Rustum tidak dinamakan wahabi (الوهابية), tetapi wahbiyyah (الوهبية). Kelompok ini disebut wahbiyyah karena Abdul Wahab bin Rustum sebenarnya bukan pendiri aliran ini, pendirinya adalah Abdullah bin Wahbi al-Rasibi (38 H).

Dengan demikian, penisbatan wahabi kepada Abdul Wahab bin Rustum tidaklah tepat. Beberapa tokoh wahabi pun sebenarnya mereka mengakui dan bangga dengan nama wahabi sebagai pengikut Muhammad bin Abdul Wahab. Hanya belakangan ini saja kelompok ini menepis anggapan banyak orang kalau mereka adalah wahabi.
B.    TOKOH DAN PEMIKIRAN ALIRAN WAHABI
1.      Memahami al-Qur’an dan hadis secara tekstual dan tidak menggunakan perangkat pengetahuan yang biasa digunakan ulama untuk memahami al-Qur’an dan hadis: misalnya, ushul fikih, ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu bahasa, dan lain-lain.
2.      Memahami al-Qur’an dan hadis sepotongsepotong dan tidak mengonfirmasi dan menyesuaikannya dengan ayat ataupun hadis lainnya.
3.      Menganggap setiap amalan yang tidak ada dalil spesifiknya dalam al-Qur’an dan hadis sebagai bid’ah.
4.      Memahami setiap perbuatan yang tidak dilakukan Rasulullah sebagai bid’ah dan haram dilakukan.
5.      Meyakini bahwa andaikan perbuatan itu boleh dilakukan, sudah pasti dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya.
6.      Mengajak orang untuk kembali kepada al-Qur’an dan hadis, serta meninggalkan madzhab fikih, tetapi mereka malah sering merujuk pendapat tokoh-tokoh mereka.
7.      Memahami permasalahan dari bungkusnya saja, tanpa melihat isi dan substansinya.
Kelompok salafi-wahabi seringkali tidak konsisten dengan pendapat yang mereka kemukakan. Mereka selalu mengumandangkan jargon kembali kepada al-Qur’an dan hadis, bahkan menghujat orang-orang yang merujuk pada pendapat ulama-ulama klasik. Namun faktanya, mereka sendiri juga tetap taqlid pada pendapat-pendapat tokoh dan ulama mereka.
Di antara ulama yang menjadi rujukan mereka ialah:
Pertama, Ibnu Taymiyyah dan Ibnu Qayyim al-Jawziyyah. Kedua tokoh ini merupakan ulama klasik yang sering dikutip pendapatnya oleh salafi-wahabi. Kebanyakan pendapat Ibnu Taymiyyah dan Ibnu Qayyim yang dikutip hanya soal teologi atau tauhid.
Sementara pandangan kedua tokoh ini terkait permasalahan fikih jarang seringkali dipahami dan ditampilkan. Andaikan pemikiran fikih Ibnu Taymiyyah dan Ibnu Qayyim didalami dan dielobarasi oleh salafi-wahabi, besar kemungkinan pandangan fikih mereka tidak akan sempit dan kaku.
Kedua, Nashiruddin al-Bani, Abdullah bin Baz, dan Muhammad bin Shalih al-Ustaimin. Ketiga tokoh ini termasuk ulama kontemporer yang pendapatnya sering dirujuk salafi-wahabi, terutama oleh agen-agen salafi-wahabi di Indonesia

C.    PENYEBARAN WAHABI DI INDONESIA
Perkembangan wahabi di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Pada masa dulu, lembaga ini berhasil mengirimkan banyak mahasiswa untuk belajar ke Timur-Tengah berkat dukungan dana dari Jemaah Wahabi. Sebagian dari alumni Timur-Tengah tersebut menjadi agen penyebaran ideologi wahabi setelah pulang ke Indonesia. Selain DDII, LIPIA sebagai lembaga pendidikan Islam yang dibiayai penuh Arab Saudi juga berperan penting dalam penyebaran ideologi wahabi di tanah air. Sebagaimana diketahui, LIPIA memberikan beasiswa penuh kepada seluruh mahasiswa. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan santri atau pelajar agama untuk kuliah di lembaga ini. LIPIA pertama kali dipimpin oleh Syeikh Abdul Aziz Abdullah al-Ammar, murid tokoh salafi Syekh Abdullah bin Baz. Seluruh pengajar kampus ini didatangkan dari Timur-Tengah dan kurikulumnya mengikuti kurikulum Universitas Riyad. Sebagian besar pentolan wahabi Indonesia merupakan alumni LIPIA.
Di antara alumni LIPIA yang menjadi penyebar paham wahabi ialah Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Farid Okbah, Ainul Harits, Abu Bakar M. Altway, Ja’far Umar Thalib, Abdul Hakim Abdat, Aman Abdurrahman, dan lainlain. Perlu diketahui, Aman Abdurrahman ini termasuk orang yang memiliki pengaruh kuat terhadap sebagian besar kelompok teroris di Indonesia. Bahkan, sebagian kasus bom di Indonesia didalangi oleh Aman. Selain alumni LIPIA, paham wahabi semakin menyebar di Tanah Air pasca pulangnya beberapa alumni Arab Saudi. Mereka menyebarkan paham tersebut tidak hanya melalui lembaga pendidikan, tetapi juga majlis pengajian. Hasil pengajian mereka dipublikasikan dan disebarkan secara masif di internet. Di antara alumni Arab Saudi yang menyebarkan ideologi wahabi ialah Firanda, Khalid Basalamah, Syafiq Basalamah, dan lain-lain. Pada awalnya istilah salafi tidak terlalu populer dan tidak identik dengan suatu kelompok tertentu. Istilah ini kemudian dipopulerkan oleh Nashiruddin al-Bani sekitar tahun 1980-an di Madinah. Pengikut pemikiran al-Bani ini belakangan dikenal dengan sebutan Jemaah Salafi. Dalam pandangan al-Bani, salafi adalah suatu gerakan pemurnian ajaran Islam, mengampanyekan dan memberantas segala sesuatu yang dianggap bid’ah. Meskipun tujuan dan orientasi ajaran ini tidak jauh berbeda dengan wahabi, namun al-Bani tidak menggunakan istilah wahabi karena dianggap kurang tepat dan terkesan memuja satu tokoh tertentu
Premis 1         : Aliran Wahabi didirikan oleh Muhammad Ibn Abdul-Wahhab adalah seorang mubaligh yang fanatic, yang  aktualnya Kerajaan Inggeris-lah yang membidani kelahirannya dengan gagasan-gagasan Wahabisme.
Premis 2         : Aliran Wahabi tidak konsisten dengan pendapatnya yang sering menjargonkan untuk “kembali pada Al-Qur’an dan Hadis” akan tetapi kenyataannya mereka masih bertaqlid dengan ulama’-ulama’ klasik.
Premis 3         : Menepis anggapan banyak orang kalau mereka adalah wahabi. Perkembangan wahabi di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Sebagian dari alumni Timur-Tengah tersebut menjadi agen penyebaran ideologi wahabi setelah pulang ke Indonesia.
Konklusi        : Wahabi yang didirkan oleh Muhammad Ibn Abdul-Wahhab, yang akrualnya ajaran ini kelahirannya tidak terlepas dari kerajaan Inggris, dikarenakan adanya seorang mata-mata Inggris yang mencuci otak Muhammad Ibn Abdul Wahhab. Aliran Wahabi juga masih bertaqlid kepada Ulama’-Ulama’ Klasik, meskipun jargonnya yang berbunyi “kembali kepada Al-Qur-an dan Hadis”. Penyebaran aliran wahabi tidak terlepas dari peran Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, dan juga dari sebagian alumni-alumni Timur-Tengah yang menjadi agen penyebar ideologi Wahabi.

Daftar Pustaka
­Tim Harakah Islamiyah, Buku Pintar Salafi Wahabi, (Harakah Islamiyah)
http://sk-sk.facebook.com/topic.php?uid=80383792636&topic=11768
http://kommabogor.wordpress.com/2007/12/22/latar-belakang-berdirinya-kerajaan-   saudiarabia-dan-paham-wahabi-bag-i/