Tuesday, April 9, 2019

Milawati-Pemikiran Asy-Ariyah

ASYARIYAH
Asy`ariyah adalah sebuah paham akidah yang dinisbatkan kepada Abul Hasan Al-Asy`ariy. Nama lengkapnya ialah Abul Hasan Ali bin Ismail bin Abi Basyar Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah Amir bin Abi Musa Al-Asyari, seorang sahabat Rasulullah saw. Kelompok Asyariyah menisbahkan pada namanya sehingga dengan demikian ia menjadi pendiri madzhab Asyariyah.
Abul Hasan Al-Asyaari dilahirkan pada tahun 260 H/874 M di Bashrah dan meninggal dunia di Baghdad pada tahun 324 H/936 M. Ia berguru kepada Abu Ishaq Al-Marwazi, seorang fakih madzhab Syafii di Masjid Al-Manshur, Baghdad. Ia belajar ilmu kalam dari Al-Jubbai, seorang ketua Muktazilah di Bashrah.
Setelah ayahnya meninggal, ibunya menikah lagi dengan Abu Ali Al-Jubbai, salah seorang pembesar Muktazilah. Hal itu menjadikan otaknya terasah dengan permasalahan kalam sehingga ia menguasai betul berbagai metodenya dan kelak hal itu menjadi senjata baginya untuk membantah kelompok Muktazilah.
Al-Asyari yang semula berpaham Muktazilah akhirnya berpindah menjadi Ahli Sunnah. Sebab yang ditunjukkan oleh sebagian sumber lama bahwa Abul Hasan telah mengalami kemelut jiwa dan akal yang berakhir dengan keputusan untuk keluar dari Muktazilah. Sumber lain menyebutkan bahwa sebabnya ialah perdebatan antara dirinya dengan Al-Jubbai seputar masalah ash-shalah dan ashlah (kemaslahatan).
Al-Asyari adalah salah satu tokoh penting yang punya peranan dalam menjawab argumen Barat ketika menyerang akidah Islam. Karena itulah metode akidah yang beliau kembangkan merupakan panggabungan antara dalil naqli dan aqli.
Munculnya kelompok Asyariyah ini tidak lepas dari ketidakpuasan sekaligus kritik terhadap paham Muktazilah yang berkembang pada saat itu. Kesalahan dasar Muktazilah di mata Al-Asy'ari adalah bahwa mereka begitu mempertahankan hubungan Tuhanmanusia, bahwa kekuasaan dan kehendak Tuhan dikompromikan.
Al Asyari adalah nama sebuah kabilah Arab terkemuka di Bashrah, Irak. Dari kabilah ini muncul beberapa orang tokoh terkemuka yang turut mempengaruhi dan mewarnai sejarah peradaban umat Islam. Nama Al-Asyariyah diambil dari nama Abu Al-Hasan Ali bin Ismail Al-Asyari yang dilahirkan dikota Bashrah (Irak) pada tahun 206 H/873 M.2 Pada awalnya Al-Asyari ini berguru kepada tokoh Mutazilah waktu itu, yang bernama Abu Ali Al-Jubai. Dalam beberapa waktu lamanya ia merenungkan dan mempertimbangkan antara ajaran-ajaran Mutazillah dengan paham ahli-ahli fiqih dan hadist.
Ketika berumur 40 tahun, dia bersembunyi dirumahnya selama 15 hari untuk memikirkan hal tersebut. Pada hari Jumat dia naik mimbar di masjid Bashrah secara resmi dan menyatakan pendiriannya keluar dari Mutazilah. Pernyataan tersebut adalah: wahai masyarakat, barang siapa mengenal aku, sungguh dia telah mengenalku, barang siapa yang tidak mengenalku, maka aku mengenal diri sendiri. Aku adalah fulan bin fulan, dahulu aku berpendapat bahwa Alquran NZMperbuatan jelek aku sendiri yang yang membuatnya. Aku bertaubat, bertaubat dan mencabut paham-paham Mutazillah dan keluar daripadanya".
Tokoh aliran Asy Ariyah
a. Abu Hasan Al-Asyari
b. Abu Bakar Al-Baqillani (403 H = 1013 M)
c. Imam Al-Haramain (478 H = 1058 M)
d. Al-Ghazali (505 H = 1111 M)
e. Al-Syahrastani (548 H = 1153 M)
f. Fakhr Al-Din Al-Razi (606 H=1209 M)

Al-Asyari menulis tidak kurang dari 90 kitab dalam berbagai lapangan yang bisa dibaca oleh orang banyak. dia menolak pendapat Aristoteles, golongan Jahamiyah dan golongan Murjiah. Akan tetapi fokus kegiatan Al-Asyari adalah ditujukan pada orang- orang Mutazilah seperti Ali Al-Jubai, Abul Hudzail dan lain-lain.
Ciri-ciri orang yang menganut aliran Asyariyah adalah sebagai berikut:
1. Mereka berpikir sesuai dengan Undang-Undang alam dan mereka juga mempelajari ajaran itu.
2. Iman adalah membenarkan dengan hati, amal perbuatan adalah kewajiban untuk berbaut baik dan terbaik bagi manusia dan mereka tidak mengkafirkan orang yang berdosa besar.
3. Kehadiran Tuhan dalam konsep Asyariyah terletak pada kehendak mutlak-Nya.
Pandangan Asyariyah tentang wahyu dan kedudukannya tercermin dalam pendapat Abu Hasan al-Asyari mengenai Alquran sebagai berikut:7 Hendaknya kita membedakan antara kalamullah yang berdiri dengan dzat-Nya yang berarti qadim, dengan wujud Al Quran yang ada di antara kita dewasa ini, yang diturunkan kepada Muhammad dalam waktu tertentu. Perkataan-Nya adalah satu yaitu larangan, perintah, berita, dan istikhbar, serta janji dan ancaman. Kesemuanya termasuk dalam kategori perkataan-Nya, bukannya kembali pada jumlah atau susunan kalimatnya. Adapun lafadz yang diturunkan-Nya kepada nabi dan rasul-Nya melalui lafadz menunjukkan kalam yang azali. Sedangkan dalil yang dibuat adalah muhdits dan yang dilandasi adalah qadim dan azali. Jadi perbedaan antara bacaan dan yang dibaca sama saja dengan sebutan yang disebut, sebutan adalah muhdits sementara yang disebut adalah qadim.
Sebagian kalangan berpendapat bahwa sumber pengambilan ilmu dalam Asyariyah adalah Alqur`an dan sunnah dengan berdasarkan kepada kaidah-kaidah ilmu kalam. Oleh karena dasar yang dipakai Asyariyah dalam memahami Alqur`an dan sunnah adalah kaidah-kaidah ahli kalam maka muncul beberapa penilaian terhadap konsekuensi penggunaan ilmu kalam tersebut. Ada pun penilaian konsekuensi tersebut antara lain sebagai berikut : pertama, Asyariyah mendahulukan akal daripada naql dalam kondisi keduanya bertentangan; kedua, Menolak hadits ahad dalam menetapkan perkara akidah karena, menurut Asyariyah, hadits ahad tidak menetapkan ilmu yang yakin. Bahkan sebagian dari kalangan Asyariyah dalam sumber bertalaqqi ada yang mengambil dari kasyaf dan perasaan, jika nash bertentangan dengan kasyaf maka kasyaf didahulukan atau nash dibelokkan agar sesuai dengan kasyaf. Ini adalah pendapat Asyariyah yang tercemar oleh metode sufi di mana mereka memiliki istilah ilmu laduni dan slogan hatiku menyampaikan kepadaku dari tuhanku.
Teologi Asyariyah muncul karena tidak terlepas dari, atau malah dipicu oleh situasi sosial politik yang berkembang pada saat itu. Teologi Asyari> muncul sebagai teologi tandingan dari aliran Mutazilah yang bercorak rasionil. Aliran Mutazilah ini mendapat tantangan keras dari golongan tradisionil Islam terutama golongan Hanba>li. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut: Pada tahun 827 M. Khalifah Abbasiyah, al-Makmun, menerima doktrin Mutazilah secara resmi, dan dilanjutkan pada pemerintahan dua khalifah setelahnya. Orang-orang yang teguh memegang tradisi, khususnya Ahmad bin Hanbal disiksa bahkan lebih dari itu, orang-orang yang tidak memahami defenisi dogmatis Mutazilah yang cerdas atau menolak menerima mereka, dan kadang-kadang sebagian besar dianggap kafir.
Al-Asyarî adalah murid dan belajar ilmu kalam dari seorang tokoh Mutazilah, yaitu Abu> A>li al-Jubba>i, malah Ibn A>saki>r mengatakan bahwa al-Asyari belajar dan terus bersama gurunya itu, selama 40 tahun, sehingga al-Asyari> pun termasuk tokoh Mutazilah. Dan karena kepintaran serta kemahirannya, ia sering mewakili gurunya itu dalam berdiskusi. Namun pada perkembangan selanjutnya, al- Asyari> menjauhkan diri dari pemikiran Mutazilah dan selanjutnya condong kepada pemikiran para fuqaha> dan ahli hadis.
Asyariyah berkembang pesat mulai abad ke-11 M. Bersama menyebarnya Tasawuf (sufi), pemahaman ini juga mendapat dukungan oleh para penguasa di beberapa pemerintahan Islam. Asyariyah dijadikan mazhab resmi oleh Dinasti Gaznawi di India pada abad 11-12 M yang menyebabkan pemahaman ini dapat menyebar dari India, Pakistan, Afghanistan, hingga ke Indonesia.
Dinasti Seljuk pada abad 11-14 M. Khalifah Aip Arsalan beserta Perdana menterinya, Nizam al-Mulk sangat mendukung aliran Asyariyah. Sehingga pada masa itu, penyebaran paham Asyariyah mengalami kemajuan yang sangat pesat utamanya melalui lembaga pendidikan bernama Madrasah Nizamiyah yang didirikan oleh Nizam al-Mulk.

Daftar Pustaka
Asy-Syahrastani, Muhammad bin 'Abdul Karim (2001). "Al-Milal wa al-Nihal: Aliran-aliran Teologi dalam Sejarah Umat Islam". Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Hadi Rafitra Hasibuan, MA.  ALIRAN ASY'ARIYAH (Kajian Historis dan Pengaruh Aliran Kalam Asyariyah)
http://kalamstai.blogspot.com/2009/03/aliran-asyariyah.html
Supriadin, AL-ASYARIYAH (Sejarah, Abu al-Hasan al-Asyari dan Doktrin-doktrin Teologinya, Sulesana( Volume 9 Nomor 2 Tahun 2014